"Begitulah, untuk mengisi waktu sebagai orang pingitan calon istri dari bupati yang sebelumnya sudah memiliki dua istri."
"Mbakyu, sebetulnya banyak yang ingin saya tanyakan masalah emansipasi, tetapi hari sudah sore, tidak enak dengan suami anda. Pertanyaan terakhir dari saya untuk mbakyu. Apa yang diharapkan mbakyu untuk perempuan Indonesia di masa datang"
"Jangan mau kalah dengan lelaki, tetapi meskipun perempuan cerdas sebagaimana kodratnya perempuan ia harus menjadi pendamping lelaki, mampu membangkitkan semangat agar para lelaki/ suami bisa bekerja keras menjadi penyokong utama keluarga. Kecerdasan perempuan, kemajuan pemikiran perempuan tetaplah dalam alurnya.Â
Sekarang saking suksesnya perempuan kadang melupakan hubungan relasional yang saling menghormati. Perempuan akhirnya banyak menjadi single parent karena ia lebih dominan dalam keluarga yang menyebabkan banyaknya perceraian. Sebagai perempuan saya mendukung perempuan maju dalam segala hal.Â
Boleh saja di perusahaan ia adalah pimpinan, CEO atau direktur utama yang memagang hak dalam keputusan final, tetapi di rumah dalam kehidupan rumah tangga harus ada relasi saling hormat menghormati, dan menghormati laki- laki sebagai kepala keluarga, kecuali laki-laki itu kurang ajar tidak bertanggunjawab. Oh ya saya titip oleh oleh untuk mu, kata kata ini mungkin berguna nanti:Tiada awan yang tetap selamanya.Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gulita lahir pagi membawa keindahan kehidupan manusia serupa alam."
Raden Ajeng Kartini menikah  tanggal 12 November 1903, Dari suaminya yang bupati Rembang lahir anak bernama raden Soesalit Djojoadiningrat pada tanggal  13 September 1904. Tetapi Kartini meninggal selang beberapa hari setelah melahirkan.Kartini tepatnya tanggal 17 September 1904 meninggal dalam usia 25 tahun. Surat Surat pentingnya kemudian disusun menjadi sebuah buku yang diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang.Kartini meninggalkan pemikiran yang maju untuk generasi perempuan. Berkat Kartini perempuan sekarang bisa menikmati pendidikan sama dengan Lelaki.
* Den Nganten sebutan abdi pada bendoronya jaman feodal atau di kalangan bangsawan jaman dulu.
Referensi: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H