"Ya sejak usia akhil balik perempuan sudah disiapkan untuk menjadi istri, maka umur 12 tahun sudah harus dipingit."
"Anda tidak protes?"
"Sudah pasti saya protes, tetapi ibu saya juga keras, ia mengikuti aturan-aturan bangsawan yang sangat membatasi ruang gerak perempuan."
"Tapi setidaknya Mbakyu menikmati pendidikan Eropa, beda dengan perempuan lain."
"Ya saya beruntung bisa belajar bahasa belanda, membaca koran yang terbit di Semarang De Locomotief  pimpinan Pieter Brooshooft. Saya juga menerima paket Ieestrommel (paket langganan majalah), Beruntung saya menikmati buku-buku bermutu dan membaca majalah budaya De Hollandsche Lellie."
"Anda senang menulis, coba kalau dulu ada Kompasiana pasti anda akan rajin menulis di sini.?"
"Hahaha, bisa saja anda. Ya saya senang menulis. Tulisan- tulisan saya banyak saya kirimkan ke majalah De Hollandsche Lellie. Bukan hanya emansipasi, saya juga menulis sosial umum."
"Jadi ternyata mbakyu itu mirip wartawan, penulis freelance yang khusus membahas tentang peran perempuan."
"Begitulah. Hanya itu yang bisa saya lakukan sebagai orang pingitan calon istri bupati."
"Sekarang suami anda K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat mendukung pemikiran anda?"
"Ya, malah saya didukung mendirikan sekolah wanita. Di sebelah Timur rumah saya tepatnya di sebelah pintu gerbang kompleks kabupaten Rembang."