"Sugeng  Enjing,  Den Nganten (selamat pagi, Den Nganten).*
"Selamat pagi Mas, ada perlu apa?"
"Eee, Saya seorang blogger Kompasiana. Pengin mengetahui lebih dalam tentang visi Den Nganten masalah perempuan."
"Sudah banyak kemajuan Mas, saat ini terutama di kota besar, seperti Jakarta peranan perempuan malah semakin menegaskan perempuan itu tangguh dalam hal belajar."
" Berarti itu keberhasilan anda Den Nganten, dalam menanamkan kemandirian belajar bagi kaum perempuan."
"Maaf, jangan panggil saya dengan Den Nganten bisa, sebut saja Mbak Kartini, meskipun saya istri bupati, tetapi rasanya aneh jika dipanggil Den Nganten. Terasa jauh dengan rakyat saya."
"Tapi itu sebutan pas untuk Den..."
"Mbakyu saja ya..."
"Baiklah mbak, eh Mbakyu. Begini ada banyak pertanyaan tentang emansipasi perempuan. Bolehkah minta waktu yang cukup panjang untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang cukup serius, terutama menyangkut kumpulan surat-surat anda kepada para sahabat di Belanda. Pengetahuan anda tentang masalah emansipasi amat menginspirasi. Kepada Rosa Abendanon dan kepada sahabat lain di Belanda dan luar negeri."
"Baiklah saya punya waktu, besok sore sekitar jam 4 sore. Mas bisa?"
"Bisa, Mmm permisi dulu ya...besok saya ke sini."