Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sungguh Terlalu, Keadaan Genting Malah Bikin Intrik Politik

16 April 2020   21:05 Diperbarui: 16 April 2020   21:06 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih aneh lagi politikus yang malah merasa senang ketika negara pontang- panting menghadapi masalah. Mereka malah membuat peryataan -- pernyataan yang membuat panas. Politikus oposan merasa ia bukan bagian dari Indonesia yang tengah terancam, mereka adalah bagian dari orang yang akan bersorak jika negara bangkrut, negara, kelimpungan menghadapi penyakit global yang dihadapi semua negara.

Mas Bro politik lupakan dulu, ada yang lebih penting dibicarakan. Anda akan lebih terkenal jika kiprah sebagai politisi saat ini bukan dengan mengobral seloroh tidak lucu tentang gentingnya negara. Lebih elok jika terjun ke lapangan atau menggalang dana seperti Didi Kempot dan tokoh lain yang dengan sigap mengumpulkan dana untuk mereka yang benar -- benar membutuhkan.Aneh jika masih ada yang bicara kampret dan kecebong.

Di Eropa dan di banyak negara lain sangat jarang politisi oposan memanfaatkan situasi bencana untuk kepentingan politik. Yang ada bersama- sama bekerja agar ancaman global virus covid -- 19 segera terputus penyebarannya.

Jika mereka politikus oposan bangga apakah mereka tidak sadar juga bahwa ancaman itu bukan hanya kepada orang lain, atau yang pro pemerintah, pro peraturan. Ancaman itu juga mengena pada diri mereka sendiri.  Semakin menentang aturan maka ancaman semakin nyata. Semakin sering komitmen dilanggar, semakin banyak korban berjatuhan. Semakin ngeyel diberitahu akan semakin sering terkena masalah. Dan akhirnya persoalan tidak selesai -- selesai dan penyesalan datangnya belakangan, setelah semuanya sudah menjadi bubur.

Mungkin manusia memang menginginkan hukum alam. Bagi siapa yang melanggar dan semakin tidak patuh maka keadaannya diilustrasikan seperti peristiwa Sodom dan Gomora. Tuhan mengirimkan bencana dan wabah penyakit karena sebagian besar manusia tidak mengindahkan  peraturan dan melanggar ajaran kebenaran. Ketika manusia banyak melanggar dan memanfaatkan kepandaian, kecerdasan dan kekuasaan maka akan banyak hukum alam yang akan menimpa manusia. Jika manusia selalu keras kepala dan seakan- akan bisa melepaskan diri dari ancaman maka Tuhan tahu bagaimana menghentikan kesombongan manusia.

Saat ini tidak usah bicara tentang politik, jabatan dan kekuasaan, atau perebutan tahta. Yang terpenting bersama mengatasi masalah. Kalau semua manusia kompak, maka masalah berat akan berlalu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun