Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jakarta, Jokowi, Anies Baswedan dalam Pusaran Corona

3 April 2020   12:33 Diperbarui: 3 April 2020   12:56 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kaltim.tribunnews.com

Di Negara- negara lain pemerintah serius benar- benar membatasi warganya keluar rumah, di Jakarta terutama di RW dan RT pencegahan hanya atas inisiatif warga, mereka iuran untuk membeli cairan disinfektan, meracik sendiri dan menyemprot dalam keterbatasan dana. Atau barangkali sebetulnya tiap RW sudah di beri anggaran dari pemerintah daerahnya tetapi mereka tetap memungut dana dari masyarakat. Entahlah. Semoga dugaan penulis salah.

Pemprov silahkan cek langsung. Bukan di perumahan elite, bukan di pusat-pusat perkantoran tetapi lihat di perkampungan padat penduduk yang pengetahuan tentang dampak Corona masih minim yang terus selalu bergesekan dan susah menerapkan social distancing. Anak-anak malah mempunyai aktifitas baru dengan main layang-layang berkerumun lagi. Para Orang tua membiarkan anak- anak bermain padahal seharusnya mereka tetap belajar di rumah bukan libur.

Inilah persoalan urban, persoalan kota yang penuh dengan pendatang, Di sisi kaum urban yang masih berjuang memperoleh penghasilan harian dampak Corona sangat berpengaruh terhadap perekonomian mereka, kalaupun disubsidi dan dibantu tetapi sampai kapan? Yang penting harusnya mematuhi peraturan untuk memutus persebaran virus. Semakin disiplin maka wabah semakin cepat berlalu.

Kepada Anies Baswedan, jangan hanya pidato di mimbar, lihat dan cek di lapangan, terutama di sini di kampung-kampung padat yang kebanyakan penduduknya menggantungkan diri dari pekerjaan riil yang dilakukan tiap hari. Dari penjual bakso, penjual mie ayam, sayur mayor, satpam, karyawan kantor yang diliburkan, pegawai swasta, buruh pabrik yang tidak takut wabah tetapi lebih takut jika tidak punya penghasilan. Semakin lama wabah melanda, semakin stres dan banyak dari mereka yang kejiwaannya terganggu akibat wabah ini.

Jokowi memikirkan dampak perekonomian skala global. Pemberlakuan Lockdown misalnya benar-benar menjadi perhatian utama. Jokowi melihat banyak sisi jika melakukan Isolasi ketat. Dampaknya pasti pada gejolak sosial, lumpuhnya perekonomian dan krisis berkepanjangan karena Indonesia termasuk yang terbesar dalam jumlah penduduk. 

Jika dilakukan lockdown tetapi tidak memberi insentif atas resiko penghentian total aktifitas makan gejolak sosial besar akan muncul. Kerusuhan, demonstrasi, penjarahan bisa terjadi seperti halnya peristiwa tahun 1998. 

Atas pengalaman itu Jokowi merasa harus memikirkan semuanya. Jadi banyak pengamat melihat dari satu sisi sehingga merasa bisa menilai bahwa Jokowi sangat lamban dalam menangani persebaran Corona. Mereka banyak membandingkan dengan negara lain. Nyatanya di negara maju seperti Perancis saja lonjakan pasien Corona tidak terkendali.

Indonesia dengan ribuan pulau- pulau tersebar dengan persoalan tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang, kedisiplinan mematuhi peraturan pemerintah yang masih minim, jiwa "ngeyel"nya yang luar biasa hebatnya pasti susah membuat mereka kompak menghadapi bencana ini tanpa gejolak. Pasti akan ada gejolak, perlawanan, gerakan masa.

Jadi Jika ingin sukses maka Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bersama- sama bergotong royong untuk menanggulangi wabah. Tidak bertindak- sendiri- sendiri, tidak panik sendiri. Benar anjuran dari pimpinan di China bahwa untuk menanggulangi wabah pemerintah pusat, daerah, masyarakat sipil, politisi, aparat harus satu suara. 

Lupakan dulu kampanye pemilihan wakil rakyat atau Presiden. Semua bersatu tanggulangi wabah. Jangan ada yang ingin memanfaatkan gawat darurat untuk kepentingan politik. Kalau semua kompak dan bersama - sama berdoa untuk berlalunya wabah maka dampaknya tidak akan berkepanjangan.

Jakarta sebagai ibu kota Negara mau tidak mau terus di sorot. Sebagai ibu kota pemerintahan sinergi dengan pemerintah pusat sangat diperlukan maka Jokowi dan Anies tidak boleh menonjolkan ego masing-masing. Presiden dan gubernur harus satu paket untuk penanggulangan wabah. Jika semua bisa dilakukan maka badai akan cepat berlalu. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun