Agak lebay sebetulnya judul yang saya ambil untuk artikel kali ini, tapi aku merasakan benar bekerja di sekolah swasta yang sejak awal menerapkan standar tinggi terhadap siswanya harus jumpalitan menghadapi gempuran isu -isu global yang meresahkan. Satu yang utama tentu karena  Covid - 19, Virus yang telah menelan korban meninggal 4000 lebih si seluruh dunia.
Darurat Sekolah Antisipasi Corona
Semua terguncang, ekonomi morat marit, industri pariwisata babak belur dan perjalanan udara seperti tengah dalam puncak kelesuan. Sebagai sekolah yang anak dan orang tuanya sering bepergian ke luar negeri dampak Corona membuat sekolah menjadi kalang kabut. Segera diambil tindakan preventif, dengan melakukan pemindaian suhu tubuh.Â
Yang terdeteksi suhunya di atas 37, 3 derajat Celsius maka siswa atau guru, dan karyawan bahkan orang tua muridpun tidak boleh masuk. Demi keamanan yang suhunya 37, 3 lebih sebaiknya pulang dan istirahat di rumah. Kalau mau masuk harus mendapat rekomendasi dokter dulu dan menunggu sampai suhu tubuh benar- benar turun.
Pendidikan swasta bergantung pada welas asih orang tua yang cukup mampu membiayai anaknya untuk mendapat pendidikan berkualitas. Untuk saat ini ada beberapa sekolah swasta yang masih menjadi favorit bagi mereka yang mencari sekolah dengan kualitas tinggi, bermutu dan bermasa depan cerah. Sekolah seperti Penabur, Kanisius, Ursula, Santa Maria (di Jakarta) tampak pontang- panting menghadapi corona. Orang tua yang mobile keluar masuk dari dan keluar negeri.Â
Yang terduga membawa virus masuk dan menularkannya ke sanak saudaranya. Pengetatan pemindaian perlu karena menyangkut reputasi. Akan mudah medsos memviralkan kasus corona jika muncul dari sekolah- sekolah yang secara nasional sudah terkenal. Bisa ambyar jika sekolah favorit yang mengandalkan kualitas harus terjerembab reputasinya gara gara terpapar virus.Â
Maka meskipun pemerintah masih agak longgar, sekolah swasta seperti Penabur sudah membatalkan ratusan kegiatannya yang melibatkan banyak siswa, mau live in, jambore, home stay, wisata. Semua demi menekan dampak penyebaran virus sampai benar- benar kondusif entah sampai kapan.
Semua rencana batal, semua yang sudah dibayangkan lenyap dan semua yang seharusnya membahagiakan berubah menjadi cemas dan bisa- bisa menjadi sakit jiwa. Hampir semua orang akhinya terjebak dalam paranoia, takut pada bayang- bayang, takut akan Corona yang sudah menjadi musuh bersama.
Apapun Corona Adalah Pembelajaran Kehidupan Manusia
Kalau terpapar cinta itu membahagiakan, tetapi terpapar corona sungguh menyedihkan. Kalau terkapar karena rindu masih ada yang diharapkan tetapi rebah karena corona berimbas diisolasi dari lingkungan. Jika institusi pendidikan resah bagaimana negeri ini akan menghadapi masa depan yang masih kabur.