"Lalu, kamu diterima ...?" Aku sih sebetulnya tidak mengharapkan ada kata diterima datang dari mulut Trisna.
"Jangan kamu potong dulu Jack... aku belum selesai ngomong." Ia kembali menarik nafas. Seperti ada beban saat mau mengucapkannya.
"Ternyata... ia sudah mau menikah bulan depan...!"
"Hahhhh!" Aku kaget, Benar- benar tidak menyangka bahwa berita ini yang terdengan di kuping. Bukan opsi- opsi yang aku duga sebelumnya.
"Bukannya... kamu sudah ke mana- mana sama dia."
"Itu pilihan orang tuanya dan ia tidak berani membantahnya."
"Tapi apakah kamu tahu siapa sebenarnya yang dipilihnya?"
"Sebenarnya dia lebih menyukai kamu Jack" Aku tepok pipi.masih sakit. Aku tidak percaya apa yang kudengar baru saja."
"Apa!... coba ulangi yang kamu katakan tadi." Trisna tidak menjawab dan melengos pergi. Sekarang aku yang bingung,apakah aku sedang patah hati, senang atau merasa sedang bermimpi. Kalau benar Dita sebetulnya menyukaiku apakah aku harus menyerah begitu saja menyaksikan rencana pernikahan tanpa cinta itu. Hari gini masih ada perjodohan dan pernikahan paksa.
Tapi apakah ini sebuah solusi bagus agar persahabatan  langgeng. Dita itu masa lalu dan masa depan adalah persahabatan sejati. Tapi kasihan juga Dita yang harus tunduk pada pilihan orang tuanya. Para pembaca bagaimana seharusnya endingnya.
Jakarta,10 Maret 2020