Trisna diam. Aku jadi tambah tidak nyaman ketika kulihat raut muka Trisna berubah.
"Ehm begini, aku tidak ingin  persahabatan kita berantakan gara- gara kita mencintai orang yang sama, okelah aku ngalah. Demi persahabatan aku rela Dita menjadi milikmu."
Trisna tetap diam. "Tolong dong kamu ngomong. Aku sudah jujur padamu."
Tiba - tiba saja Trisna tertawa keras- keras.
" Hai Tris kenapa kau malah tertawa sih, lucu ya. Aku pusing nih."
"Hahahahaha...."
"Lo malah tertawa lagi?" Tapi setelah itu aku melihat Trisna diam. Malah kulihat matanya berkaca- kaca.Ia tampak tercenung dan murung.
"Kalau, kau merasa tersinggung maafkan aku Trisna. Tapi aku harus jujur. Sudah beberapa hari ini, ada semacam konflik bathin. Aku suka Dita dan ternyata kau juga menyimpan perasaan yang sama. Kalau kau..."
"Sudah cukup!"
"Kamu marah?"
"Sssttt...dengarkan aku dulu...kemarin aku datang ke rumah Dita... maaf aku ngomong jujur untuk nembak dia..." ia lalu menghela nafas seperti sedang menata hatinya dan mencari kata tepat untuk disampaikan kepadaku.