Terbuat dari apakah politisi negeri ini, hanya karena tidak suka dengan pemerintah karena berstatus oposisi harus rela mengolok- olok bangsa sendiri dengan data yang tidak valid pula. Data yang diperoleh Fahira diperoleh dari WA dari media sosial yang susah dipercaya validitasnya. Sekelas anggota DPRD berani mempermalukan diri dengan berkicau di Twitter tentang virus Corona.Â
Saat ini ramai pendapat netizen ada yang pro dan yang kontra, tetapi sebagian besar menyayangkan pernyataan Fahira yang menyebutkan Jabar 9 orang, Jatim 10 orang, Banten 5 oang, Sulut 6 orang, Yogya 6 orang, kaltim 3 orang, Jambi 1 orang NTB I orang (terlihat dari capture yang dimuat di Tribunnews,com hingga kicauannya di Twitter tiba- tiba menghilang. Tetapi netizen pasti sudah mengkapture, mengkopinya dan memviralkan pernyataannya. Maka susah mengelak jika Fahira ternyata melakukan pembohongan publik.
Politisi dan Blunder Pernyataan yang Bikin Ancaman Bagi keamanan Negara
Mengapa banyak politisi negeri ini lebih suka jika negara tidak stabil, lebih suka ada rezim yang jatuh, lebih suka konflik sehingga suasana negeri menjadi "ngeri- ngeri sedap". Apakah gen politisi memang lebih suka mengacak- acak ketentraman karena akan semakin menambah peluang masuk dalam lingkaran kekuasaan.Â
Kekuasaan itu menggiurkan meskipun harus ditempuh dengan berbagai cara. Politik itu sementara ini boleh dikatakan licik dan keji sebab untuk memperoleh cita- cita idaman hampir setiap politisi harus menyediakan sejumlah uang, sejumlah strategi untuk menjatuhkan lawan sehingga ia bisa melenggang dalam jaring kekuasaan.
Di manapun politik selalu penuh intrik, penuh tipu daya, meskipun kadang mereka berbalut kata- kata manis, kata -- kata bijak yang diambil dari ayat- ayat kitab suci. Wajah dan pakaian kelihatan sebagai orang yang selalu berdoa dan beribadah tetapi kekuasaan telah membawa sosok -- sosok itu menjadi perencana bagi gerakan makar, menggulingkan pemerintah resmi dengan membawa ormas, kelompok agama sebagai tameng untuk membenarkan tindakan.
Politikus berbalut agama menjadi ancaman laten bagi keutuhan negeri terutama negeri yang menghargai keberagaman, menghargai orang yang beribadah secara bebas dengan payung Pancasila. Politisi sering mencampuradukkan akidah agama dengan nafsu berkuasa, jadinya runyam karena banyak orang terpedaya dengan sosok santun menguasai ilmu agama tetapi ternyata serigala berbulu domba.
Penulis tidak ingin mencari kesalahan agama siapa sih yang berperan besar atas ruwetnya hubungan masyarakat dan pemerintah. Hampir semua agama mayoritas di manapun negaranya banyak memanfaatkan kedekatan agama dengan kekuasaan sebagai celah untuk merayu suara rakyat.
Lihat saja banyak negara  mendasarkan politik pada agama mayoritas, atau negara berdasarkan asas keagamaan akan lebih banyak konfliknya daripada damainya. Negara- negara seperti Suriah, Pakistan, Irak, Brasil, Afrika sering terlibat konflik hingga menyebabkan perekonomian mereka terganggu. Kehidupannya lebih disibukkan dengan pemberontakan, permusuhan, saling bunuh, berperang padahal mempunyai latar belakang agama yang sama.
Dunia saat ini tengah dalam krisis terutama dengan munculnya virus Corona atau dalam istilah medisnya virus Covid  19 -- Coronavirus. Virus Corona menyerang mirip seperi influenza, melalui udara, melalui sentuhan kulit dan semprotan ludah saat bersin.  China pertama kali yang pertama kali terdampak virus Corona hingga menyebabkan kota seperti Wuhan harus disterilisasi, dilokalisir dan diisolasi agar penyebaran virus Corona bisa diminimalisir.Â
Corona sudah menjadi ancaman dunia, tidak kurang 44 negara (berdasarkan data dari Kompas.com) disinyalir sudah terdampak virus Corona. Bahkan di Italia sendiri pertandingan antara Inter Milan dan Juventus harus ditunda sampai Mei untuk menghindari menyebarnya virus Corona.