Sumber perpecahan sekarang ini terus terang salah satunya adalah karena masalah agama. Meskipun berusaha berkelit  banyak fakta menunjukkan dengan fanatisme yang hadir dalam masyarakat paling tidak telah memecah belah opini masyarakat.Â
Pemilu di DKI menjadi puncak dari konflik manusia yang tergiring karena ada campur tangan agama dalam konstalasi politik.
Banyak orang akhirnya tidak obyektif berpikir, rasionalitas, logika tertekan oleh keberpihakan tokoh karena sama sekeyakinan. Maka banyak yang akhirnya terjebak dalam permusuhan berselimutkan agama.Â
Sekarang rembetan fanatisme masuk ke lembaga pemerintah termasuk mengacak- acak pemahaman akan jati diri bangsa. Apakah korupsi yang marak itu juga jati diri bangsa, apakah masyarakat yang beringas menekan pembangunan tempat ibadat itu juga bagian dari jati diri bangsa.Â
Masyarakat yang lebih sering mengeluh daripada langsung kerja dalam diam dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu itu jati diri bangsa. Lalu dikaitkan dengan tayangan- tayangan televisi apa yang mencerminkan jatidiri bangsa.Â
Banyak tayangan provokatif, tayangan tidak logis yang mencerminkan keanehan logika berpikir dipertahankan, tetapi ada tayangan- tayangan bernilai sportif, usaha kerja keras, kerja sama dituding tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
Baca juga : Bukan Petak Umpet! Jati Diri Bangsa Jangan Bersembunyi di Balik Globalisasi!
Bagaimana menilai Tayangan Yang Sesuai dengan Jati Diri Bangsa?
Inilah introspeksi diri saya, salah satu dari masyarakat yang masih sering terjebak dalam pemahaman keliru tentang bagaimana memaknai jati diri bangsa. Banyak sinetron lolos sensor padahal tidak sesuai dengan jati diri bangsa.Â
Banyak tayangan televis begitu menampilkan hedonisme, dominasi tayangan religi yang kadang tidak masuk di akal, tayangan- tayangan yang menampilkan kekerasan, pergaulan bebas dsb.Â
Dulu masyarakat Indonesia dikenal dengan karakter ketimurannya yang kental, sopan -- sopan dan perilakunya mencerminkan lingkungan budayanya yang bisa saling menghargai perbedaan dengan kearifan lokal, budaya yang diwariskan bangsa ini turun temurun. Sekarang banyak fanatisme merebak karena banyak budaya negara lain (tempat agama berasal) diadobsi tanpa filter.Â