Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Benarkah Penulis Punya Dunianya Sendiri?

2 Januari 2020   16:46 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:59 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak menyenangi dunia tulis-menulis kadang saya merasa ada beberapa orang yang menganggap saya aneh. Boleh dikatakan antik, apalagi saat suntuk menuangkan ide menulis. Saya lebih sering diam dan asyik mengetik hingga terkesan tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Ada waktu khusus di mana selama satu jam atau lebih saya seperti masuk dalam satu atmosfer bernama ide yang sayang kalau dilewatkan.

Ketika ide itu datang, dengan cepat membuka laptop dan menulis apa yang bisa ditulis. Ide itu datang begitu cepat dan menguap begitu cepat saat situasi tidak memungkinkan. Saya memulai menulis ini sebelum tahun baru dan baru saya teruskan setelah tahun baru. 

Tekad saya sejak awal tahun ingin menulis tetapi berbagai kendala muncul. Liburan terlalu capek dengan pekerjaan baru sebagai "sopir"  mengantar keluarga mengunjungi tempat wisata. Waktu habis di perjalanan. Setelah Tahun Baru pun belum bisa konsentrasi menulis karena cuaca yang membuat Jakarta terkepung banjir.

Dari judul yang saya tulis beberapa hari lalu sebetulnya sudah tidak  nyambung lagi, tetapi saya paksakan sebab saya harus menulis demi keseimbangan jiwa. Menjadi penulis ketika lama tidak menulis saya seperti tergagap, susah menyusun kata, bingung memuntahkan ide dan menjadikannya tulisan yang enak dibaca. 

Menulis Butuh Konsentrasi dan Suasana Sepi

Saya membuat judul benarkah penulis punya dunianya sendiri? Ketika menulis boleh dikatakan kuping tertutup, yang saya rasakan hanyalah bisikan kata yang akhirnya terketik di laptop. Mungkin banyak orang memandang penulis tidak peduli apa- apa pada lingkungannya saat menulis, ia hanya hidup dengan dunianya sendiri dan kesunyiannya. Penulis itu adalah orang- orang yang egois yang hanya mendengar kata hatinya sendiri dan tidak menggubris orang lain.

Benarkah begitu? Banyakkah penulis yang hanya peduli pada dirinya sendiri dan lebih menyukai kesendirian dari pada kumpul- kumpul bersama teman- teman. Saya tidak ingin menggeneralisasi bahwa para penulis itu mempunyai tingkah laku unik.

Saya mulai pada diri sendiri. Sebab ketika menulis saya seperti orang  autis. Segala aktifitas di sekitar   kurang diperhatikan. Teman teman saya mengatakan jika saya sedang menulis maka apapun kegiatan di sekitar saya seperti tidak digubris. Maka banyak yang berkesimpulan bahwa penulis itu orang yang hanya sibuk dengan diri sendiri.

Saya mencoba menjawab bukan mewakili penulis: alasan saya seperti orang autis karena menulis butuh konsentrasi, sebab jika akhirnya saya menulis sambil mengobrol dan jalan- jalan tulisan terasa kering, lagi "roh"tulisan susah ambyar. 

Apalagi saat menulis puisi atau menulis opini yang butuh kejernihan berpikir. Saya harus memastikan menyelesaikan rangkaian kata untuk menjadi satu tulisan. Setelah selesai ditulis maka baru ke tahab pengeditan dan tahap finishing, memastikan tulisan sudah nyaman di baca runtut dan tidak banyak kesalahan kata yang mengganggu artikel atau tulisan.

Saat Menulis seperti Orang Autis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun