Diskotek itu destinasi wisata rohani yang menguras tenaga psikis. Bagi yang masih haus kasih sayang tetapi tidak tersalurkan datang saja ke diskotek. Tempatnya remang- remang minuman bir dan suara gelegar musik memenuhi ruangan. Parfum campur keringat dan bau alkohol menjadi satu senyawa yang tidak bisa dihilangkan.
Tubuh terus bergerak mengikuti suara musik. Jika diam dan hanya duduk malah pusing sebab suara yang menggelegar dari sound systemnya memang diperuntukkan untuk aktifitas motorik untuk mengimbangi gelegar musik. Tubuh terus bergerak mengikuti ritme musiknya dan hampir semua manusia yang berada diruang tersebut terus berjoget, tidak peduli enak ditonton atau tidak.
Saya pernah singgah dan merasakan suasana diskotek baik diskotik dangdut maupun diskotik yang menampilkan musik digital dengan bantuan DJ(Disc Jockey). Dua kali merasakan auranya setelah itu tidak pernah lagi. Saya suka dance, menari dan berjoget. Tetapi mengikuti gaya kota, kaum urban yang pengin mencicipi gaya kebarat- baratan dengan, refresing di diskotik cukuplah sebagai pengalaman.
Paling tidak saya sudah bisa cerita tentang bagaimana remang- remangnya diskotik, bagaimana suasana di dalamnya yang dihuni manusia -- manusia yang mungkin sedang galau, melepaskan penat dari tekanan kerja yang melelahkan, atau sekedar kompensasi dari suasana hati yang baru saja ditinggalkan pacar atau sedang bermasalah dengan pasangan. Gedebam gedebum diskotik membuat adiktif dan bagi mereka yang uangnya berlimpah tidak masalah jika mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli bir dan teman kencan yang mau diajak dansa bareng.
Kencan di diskotek itu apa sih asiknya bagi orang ndeso seperti saya. Boleh saya katakan seperti sedang trance atau bahasa kampungnya "ndadi" dalam bentuk tontonan bernama Jatilan. Dengan bergerak dan terus bergerak kekesalan, kekecewaan, hati yang ambyar sedikit terobati, ditemani teman kencan yang dibayar setelah menemani ajojing selesai.
Saya melihat jasa diskotik adalah membuat orang yang datang ke situ bisa melupakan masalah sejenak. Tetapi apa sih istimewanya jika pemimpin Jakarta  memberi penghargaan kepada diskotik colloseum yang berjasa dalam bidang pariwisata? Saya gak ngerti, dan sebetulnya tidak ingin mengaitkan juga dengan sentimen politik saya terhadap Pemimpin Jakarta saat ini. Ia sudah kenyang dirundung warga net dan saya meskipun bukan bagian dari 62 pemilihnya tidak ingin juga ikut- ikutan mengeroyoknya.
Anies Baswedan sedang melakukan eksperimen kata- kata. Iya sih saya percaya sedang menganalisa semua kata- katanya sebagai persiapan untuk merancang proyek pembangunan Jakarta. Dari narasi lalu aksi itu teori- teori pada intelektualis yang biasa lahir dari bangku kuliah. Tetapi apakah membangun kota narasi ampuh untuk melakukan eksekusi kebijakan Metropolitan yang kompleks?
Itu masalahnya. Penanganan kota bukan hanya dengan menebarkan narasi- narasi. Sama seperti saya yang penulis ini merasa tahu diri untuk tidak sok keminter menjadi pemimpin pemerintahan. Saya lebih setia menulis dan mengajar sebab menjadi pemimpin itu berat. Idealnya harus sinkron antara kata dan perbuatan. Padahal apalah saya lebih bermodal kata, narasi dan mimpi -- mimpi yang kebetulan tersalur lewat tulisan.
Tampaknya Anies masih terjebak pada masa lalu sebagai dosen, pemikir dan penggagas. Ia memang sangat cocok sebagai dosen, rektor dan intelektual. Tapi untuk menjadi pemimpin pemerintahan butuh letupan gagasan yang selaras dengan kemampuan dalam mengeksekusi masalah.Dan kata orang- orang yang berseberangan dengan segala gagasan Anies tampaknya lebih bagus jika Gubernur Jakarta itu lebih cocok sebagai intelektual yang berada lingkungan kampus bukan birokrat dan pemimpin yang mesti cepat mengeksekusi kebijakan dengan cepat.
Jakarta butuh hiburan, diskotik tersedia, gedung pertunjukan ada di mana -- mana. Aktifitas manusia untuk mencari rejeki pun "gayeng" ramai. Dari berdagang sampai pekerjaan yang bermodal tubuh indah dan senyum menggoda.Perputaran uang di Jakarta luar biasa, Sehari saja berapa triliun masuk. Dari sentra perdagangan di Tanah Abang, Glodok, Asemka, Mangga dua dan tempat tempat hiburan malam yang hidup sepanjang hari sampai pagi hari.
Tempat Karaoke keluarga maupun karaoke khusus. Hotel- hotel berbintang dengan transaksi- transaksi dari penyelenggaraan rapat pemegang saham sampai kesepakatan ekspor -- impor. Kesibukan para pemburu uang itu menyita waktu, melelahkan mental, membuat capai jiwa. Maka tidak usah munafik, disamping banyak orang melepas stres dengan berdoa dan bertafakur di tempat ibadah, banyak manusia perlu menghibur diri dengan berjoget ria di diskotek, distro, klub malam, kafe remang-remang.
Dalam kehidupan manusia ada hitam ada putih, Tidak semua pengin hitam, perlu putih juga. Tidak semua menganggap beribadah tekun sebagai tujuan. Banyak yang menganggap beribadah itu membuang- buang waktu, rejeki terbuang oleh banyaknya berdoa dan merenung. Yang tekun beragama menganggap bahwa mereka yang terlalu suntuk bekerja sebagai orang  kafir, murtad terlalu mementingkan duniawi.
Yang merasa hidup dalam balutan ibadah yang kental menganggap bahwa pelacuran, dunia hiburan, dugem/dunia malam itu sebagai tindak kufur, maksiat. Tetapi bagi mereka yang bergerak dalam dunia hiburan manusia mempunyai talenta untuk menciptakan kegembiraan dengan berkesenian, bermusik berjoget, meskipun banyak orang yang menyimpangkan tujuan mulia dari bermusik dan berjoget.
Dugaan saya mungkin gubernur benar- benar menyelami bahwa Diskotik pun berperan membantu pemprov DKI menyerap wisatawan. Diskotik bagaimanapun stigmanya membantu manusia kota melepaskan diri dari masalah- masalah yang membelitnya.
Jakarta itu unik, ketika ada gagasan untuk mewujudkan kebinnekaan dan menjaga toleransi beragama, banyak peribadahan mengundang penceramah yang jelas- jelas memecah belah. Seperti kontra dengan cita - Â cita negara untuk menyuburkan sikap toleransi. Para penceramah itu dengan merdekanya menjelek- jelekkan keyakinan lain. Di speaker pula yang bergema dari loteng tempat ibadah tersebut.
Tentu banyak yang mendengar dan memang itu tujuannya didengar, tetapi sadarkah ketika menjelek- jelekkan keyakinan lain itu ada perasaan sakit oleh mereka yang kebetulan mempunyai keyakinan lain tetapi gamblang mendengar dari telinganya. Rasanya sakit tetapi mau apa lagi. Itulah keragaman hidup.
Tinggal di negara yang sedang"terbengong- bengong" oleh narasi- narasi penceramah yang memukau. Mungkin semua agama mempunyai kecenderungan untuk iri, dengki dan khawatir terhadap persebaran keyakinan lain, sehingga perlu melakukan antisipasi dengan membentengi diri lewat narasi keji, yaitu fitnah!
Diskotik bagaimanapun lebih menggelegar oleh suara- suara musik, menggelegar oleh suara- suara desahan yang hanya didengar mereka sendiri. Mereka tidak sempat berpikir menebarkan fitnah, tidak sempat membuat narasi kebencian. Kalau ada bau- bau alkohol sedikit dari sekerat bir, khan tidak berimbas pada orang banyak. Mereka terlokalisir di suatu tempat yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga musik yang menggelegar itu teredam.
Pahami saja maksud gubernur baik, bahwa diskotik pun perlu diberi penghargaan sebagai tempat meredam kemarahan, meredam emosi dan menyalurkan bakat berjoget tanpa mengintimidasi manusia lain karena sudah terlokalisir. Jika ada yang nyinyir bahwa diskotik itu tempat maksiat , lebih maksiat siapa oleh para penceramah yang terus menggelorakan kebencian, menggelorakan perlawanan, mempertahankan kesombongan karena menganggap diri sendiri termulia.
Yang tahu bahwa seseorang mulia itu orang lain. Mereka melihat dari tindak- tanduk, cara bicara, cara bertutur, penghormatannya pada yang lemah tidak berdaya. Jika karena balutan simbol- simbol kesucian yang melekat dibadan saja apakah banyak yang tahu bahwa kelakuan para pemuja simbol kesucian itu hampir mirip seperti tingkah laku ahli taurat yang lebih senang show, memperlihatkan didepan umum bahwa mereka sudah berdoa.
Padahal urusan agama dan keyakinan itu adalah urusan bathin . Disamping berdoa di ruang khusus,dialog dengan Tuhan bisa dilakukan dengan diam, sambil bekerja, sambil membantu membersihkan gorong, gorong, bisa sambil memilah- milah sampah yang tercecer di jalanan. (ora et labora berdoa sambil bekerja)
Yang terjadi sekarang banyak manusia lebih suka dipuji ketika ia dengan bangga dilihat mengikuti ritual agama. Terlihat suci dalam genderang kemegahan upacara yang kadang beda antara penampakan kesehariannya yang ternyata berbeda 180 derajad. Di saat lain ia gagah menggunakan atribut keagamaan di saat lain ia sedang keliling sebagai rentenir yang keji menagih utang.
Jadi kembalikan agama sebagai pengontrol diri, tempat merenung dan berdialog penuh antara manusia dan Tuhan. Agama saat ini sering dimanfaatkan manusia untuk mengklaim bahwa dirinya dan agamanyalah yang paling benar, dirinya dan perilakunyalah yang paling suci. Dan dengan keyajikannya dan pengetahuan tentang agama bisa memvonis orang lain bejad, berdosa, berhak disebut kafir, murtad hanya karena meninggalkan keyakinan lamanya untuk berganti dengan yang baru.
Mereka menganggap para pelacur, pekerja malam dan yang hidup dalam dunia gemerlap dan dunia malam itu sesat maka dengan kekerasan atas nama agama mereka lalu menghakimi seperti pejuang besar yang hendak memerangi keangkaramurkaan. Yang merasa suci harusnya bisa bercermin, tidak semua orang baik, keragaman manusialah sengaja Tuhan ciptakan untuk memberi keseimbangan kehidupan manusia. Jika ingin dirinya lebih dekat Tuhan tentu bagaimana setiap manusia bisa mengendalikan diri ditengah godaan duniawi yang ada di sekitar.
Memahami kebijakan Gubernur yang kemudian dianulir kembali karena takut desakan ormas- ormas agama dan kemudian memecat pejabat yang menggulirkan  penghargaan pada diskotek Colloseum. Diskotik pun perlu diberi penghargaan Bung. Jadi kali ini saya setuju saja jika gubernur memberi penghargaan pada diskotik, ya resikonya saya akan banyak dibuli oleh netizen. Tapi pahami dulu sudut pandang saya. Sayangnya kebijakan Gubernur buru- buru dianulir.  Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H