Jadi kembalikan agama sebagai pengontrol diri, tempat merenung dan berdialog penuh antara manusia dan Tuhan. Agama saat ini sering dimanfaatkan manusia untuk mengklaim bahwa dirinya dan agamanyalah yang paling benar, dirinya dan perilakunyalah yang paling suci. Dan dengan keyajikannya dan pengetahuan tentang agama bisa memvonis orang lain bejad, berdosa, berhak disebut kafir, murtad hanya karena meninggalkan keyakinan lamanya untuk berganti dengan yang baru.
Mereka menganggap para pelacur, pekerja malam dan yang hidup dalam dunia gemerlap dan dunia malam itu sesat maka dengan kekerasan atas nama agama mereka lalu menghakimi seperti pejuang besar yang hendak memerangi keangkaramurkaan. Yang merasa suci harusnya bisa bercermin, tidak semua orang baik, keragaman manusialah sengaja Tuhan ciptakan untuk memberi keseimbangan kehidupan manusia. Jika ingin dirinya lebih dekat Tuhan tentu bagaimana setiap manusia bisa mengendalikan diri ditengah godaan duniawi yang ada di sekitar.
Memahami kebijakan Gubernur yang kemudian dianulir kembali karena takut desakan ormas- ormas agama dan kemudian memecat pejabat yang menggulirkan  penghargaan pada diskotek Colloseum. Diskotik pun perlu diberi penghargaan Bung. Jadi kali ini saya setuju saja jika gubernur memberi penghargaan pada diskotik, ya resikonya saya akan banyak dibuli oleh netizen. Tapi pahami dulu sudut pandang saya. Sayangnya kebijakan Gubernur buru- buru dianulir.  Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H