Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, PGRI, dan Perubahan Pola Pengajaran

25 November 2019   05:30 Diperbarui: 26 November 2019   07:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun  tahun belakangan ini PGRI dihadapkan pada tugas berat untuk merubah mindset guru yang sering ketinggalan pengetahuan menjadi agen perubahan dan mengikuti dunia teknologi yang bergerak cepat. Di televisi sudah diiklankan berkali- kali keberadaan ruang guru. Sebuah aplikasi semacam Bimbingan Belajar secara online.

Aplikasi Bimbel Online berbayar ini memiliki keunikan dengan menjawab langsung soal. Dalam Pembelajaran di Bimbel online tersebut pengguna diberi penjelasan tentang materi soal secara mendalam.

Bukan hanya memberi kunci agar bisa menjawab cepat dan tahu trik bagaimana mengerjakan dengan tepat saja tetapi juga membimbing dengan logika dan menyertakan pemahaman mendalam tentang sebuah soal.

Sebetulnya seperti kata CEO Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara Bimbel di aplikasi Ruang Guru membantu orang tua untuk merasakan bimbingan belajar yang murah bagi yang kurang mampu mengambil les di tempat les khusus pelajaran yang cukup mahal.(Sumber (Jawa Pos  Minggu,24 November 2019)

Persoalan menjamurnya Bimbel dan aplikasi Bimbel salah satunya karena guru kurang maksimal membimbing siswanya mengenal soal secara mendetail. Sekolah atau belajar belum membuat siswa adiktif, menikmati prosesnya, menyenangi akttifitasnya. Banyak dari siswa generasi milenial sekolah hanyalah sekedar tuntutan yang harus dipenuhi karena kewajiban dari orang tuanya untuk belajar di sekolah formal.

Guru belum menjadi solusi bagi pembelajaran sepenuhnya karena sekarang ini guru lebih banyak disibukkan oleh pekerjaan administrasi yang menyita waktu. Karena kesibukan untuk menambah kredit poin, syarat kenaikan tingkat, mengikuti seminar- seminar, pelatihan yang bisa mempercepat kenaikan golongan dan menambah point penilaian.

Akibat kesibukan guru di luar kewajiban intinya yaitu mengajar siswa merasa harus menambah waktu untuk mengikuti bimbel yang tidak cukup murah. Mentri Nadiem juga menyoroti betapa guru mempunyai beban berlebihan khususnya dalam hal mengerjakan administrasi kelas dan administrasi guru yang sering menyita waktunya dan mengurangi kuantitas dan kualitas pertemuan dengan siswa.

Guru harus  mampu melakukan perubahan kecil di dalam kelas, lebih banyak melakukan diskusi mengetahui seberapa besar minat siswa dalam belajar. Inovasi belajar adalah kunci untuk menumbuhkembangkan kemampuan anak. Anak didorong untuk bertumbuh, sadar bahwa belajar itu penting bukan hanya sekedar mematuhi kewajiban tetapi tumbuh dari kesadaran diri bahwa tidak ada ruginya untuk belajar, belajar dan terus belajar.

Kritikan Nadiem sekali lagi karena guru saat ini lebih sibuk mengerjakan administrasi dari birokrasi pendidikan. Kewajiban administrasi menjadi syarat wajib dari pengawas pendidikan untuk meningkatkan "kompetensi", karena akan mempengaruhi pendapatan guru. Kesibukan untuk mengejar pendapatan itu yang membuat siswa menjadi kurang diperhatikan. Banyak guru lebih sibuk mengerjakan RPP, analisis, PTK, dan syarat- syarat lain demi sertifikasi dan naiknya pendapatan.

Sebetulnya hak guru untuk menambah kesejahteraan. Karena pasti paling tidak menambah motivasi bagi guru dan tidak berpindah ke pekerjaan lain. Tugas guru yang utama adalah mengajar. Tuntutan pengajaran yang berkualitas salah satu faktornya karena guru yang selalu belajar, selalu ingin menambah ilmu dan selalu memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan anak didik.

Pendapatan akan otomatis naik karena kesempatan guru berkembang memberi jalan lempang bagi pengajar untuk meningkat profesionalitas guru, disamping tugas utamanya sebagai guru ada nilai plus guru menjadi penulis buku atau blogger atau motivator.

Paparan Pendidikan dari Pidato Nadiem dinilai tidak bertele- tele, begitulah yang dikatakan Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim menanggapi pidato Nadiem yang sedianya akan dibacakan dihari guru tanggal 25 November 2019. Intinya bahwa pidato Nadiem berfokus pada menghadirkan pembelaran yang baik dan meningkatkan kualitas hubungan antar guru dan siswa di kelas.

Saat ini tantangan untuk meningkatkan kompetensi guru sangat berat. Banyak masalah yang dihadapi di lapangan terutama pemerataan ketersediaan guru sampai ke pelosok. Banyak sarjana pendidikan lebih menyukai mengajar di kota walau hanya sebagai guru honor.

Di Kota, guru honorer masih bisa nyambi sebagai guru les private atau kalau harus kolaborasi dengan pekerjaan lain adalah menjadi pengemudi ojol. Persoalan berat dihadapi oleh guru daerah terutama guru yang ditempatkan di pelosok yang jauh jangkauan dan kemudahan transportasi,  ketersediaan internet terbatas dan susahnya mendapat referensi atau literasi untuk peningkatan pengetahuan guru.

Guru tetap, negeri terutama amat sibuk untuk memenuhi syarat, syarat kenaikan pangkat, syarat mendapatkan Tunjangan Khusus Daerah, mengikuti seminar skala nasional yang bisa menambah kredit point. Ada juga guru yang mempunyai jabatan sebagai instruktur tingkat nasional yang lebih sibuk menerima job pelatihan dan workshop daripada mengajar di kelas.

Persoalan profesionalitas guru itulah yang membuat pendidikan masih jalan di tempat. Untuk itulah guru harus kembali didorong untuk memprioritaskan tugas pokoknya sebagai guru yang sering berinteraksi dengan anak didik.

Guru adalah soko guru bangsa, dipundaknya bergantung masa depan anak. Jika salah mendidik maka banyak siswa hanya akan menjadi pecundang dan tidak bisa berbuat apa -- apa untuk meningkatkan kualitas siswa.

Sekarang guru bukan nara sumber utama. Yang lebih relevan guru sebagai pengendali arah berpikir dan pelaksana utama untuk menambah ilmu pengetahuan dengan lebih simpel dan efektif. Dalam kurikulum 2013 guru itu berfungsi sebagai fasilitator, lampu penerang bagi yang masih bingung memahami apa fungsi pendidikan bagi anak didik.

Salah satu fokus pendidikan seperti yang ditulis St. Kartono (dalam buku Sekolah Impian, untuk Anak Anak Kita, Penerbit Kanisius 2019)

 disusun untuk membawa para siswa ke arah manusia susila. Siswa mengerti sungguh sungguh tentang keluhuran budi dan mendapatkan teladan dari para gurunya. Siswa disiapkan agar memiliki kecakapan mengerjakan suatu pekerjaan, baik yang dilakukan dengan tangan maupun pikiran:menghayati konteks politik, ekonomi dan sosial mengerti arti bertanggungjawab terhadap diri sendiri. 

PGRI(Persatuan Guru Republik Indonesia) mempunyai tantangan berat untuk meningkatkan kualitas guru. Apalagi di zaman teknologi canggih guru tidak boleh"plonga- plongo" karena cepatnya perubahan dunia, munculnya teknologi informasi yang mau tidak mau harus dipelajari guru.

Guru akan selalu ketinggalan pengetahuan dari siswa karena siswa dengan mudah mencari jawaban lewat google dan lewat video aplikasi semacam YouTube yang sering menampilkan tutorial mata pelajaran. Maka itu guru harus selalu Update pengetahuan dan ketrampilan terutama masalah perangkat pembelajaran.

Akhir kata selamat Hari Guru tanggal 25 November. Semoga guru selalu hadir sepenuhnya untuk membangun kecerdasan dan pengetahuan anak didik. Generasi milenial harus mampu menjaga keseimbangan. Berpikir kreatif juga membuat  cermat dan logis serta ide segar penuh kejutan.

Prioritas pemerintah saat ini lebih ke sumber daya manusia. Jika tidak mau ketinggalan mau tidak mau manusia harus  maka kata kunci dalam memahami pengetahuan baru adalah learn, learn, learn

Sama seperti para penulis yang mengsyaratkan penguasaan materi, siswa diarahkan supaya mereka menikmati betapa pendidikan sangat berharga untuk masa depan anak bangsa. Demikian tulisan saya. Salam Super untuk Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun