Paparan Pendidikan dari Pidato Nadiem dinilai tidak bertele- tele, begitulah yang dikatakan Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim menanggapi pidato Nadiem yang sedianya akan dibacakan dihari guru tanggal 25 November 2019. Intinya bahwa pidato Nadiem berfokus pada menghadirkan pembelaran yang baik dan meningkatkan kualitas hubungan antar guru dan siswa di kelas.
Saat ini tantangan untuk meningkatkan kompetensi guru sangat berat. Banyak masalah yang dihadapi di lapangan terutama pemerataan ketersediaan guru sampai ke pelosok. Banyak sarjana pendidikan lebih menyukai mengajar di kota walau hanya sebagai guru honor.
Di Kota, guru honorer masih bisa nyambi sebagai guru les private atau kalau harus kolaborasi dengan pekerjaan lain adalah menjadi pengemudi ojol. Persoalan berat dihadapi oleh guru daerah terutama guru yang ditempatkan di pelosok yang jauh jangkauan dan kemudahan transportasi, Â ketersediaan internet terbatas dan susahnya mendapat referensi atau literasi untuk peningkatan pengetahuan guru.
Guru tetap, negeri terutama amat sibuk untuk memenuhi syarat, syarat kenaikan pangkat, syarat mendapatkan Tunjangan Khusus Daerah, mengikuti seminar skala nasional yang bisa menambah kredit point. Ada juga guru yang mempunyai jabatan sebagai instruktur tingkat nasional yang lebih sibuk menerima job pelatihan dan workshop daripada mengajar di kelas.
Persoalan profesionalitas guru itulah yang membuat pendidikan masih jalan di tempat. Untuk itulah guru harus kembali didorong untuk memprioritaskan tugas pokoknya sebagai guru yang sering berinteraksi dengan anak didik.
Guru adalah soko guru bangsa, dipundaknya bergantung masa depan anak. Jika salah mendidik maka banyak siswa hanya akan menjadi pecundang dan tidak bisa berbuat apa -- apa untuk meningkatkan kualitas siswa.
Sekarang guru bukan nara sumber utama. Yang lebih relevan guru sebagai pengendali arah berpikir dan pelaksana utama untuk menambah ilmu pengetahuan dengan lebih simpel dan efektif. Dalam kurikulum 2013 guru itu berfungsi sebagai fasilitator, lampu penerang bagi yang masih bingung memahami apa fungsi pendidikan bagi anak didik.
Salah satu fokus pendidikan seperti yang ditulis St. Kartono (dalam buku Sekolah Impian, untuk Anak Anak Kita, Penerbit Kanisius 2019)
 disusun untuk membawa para siswa ke arah manusia susila. Siswa mengerti sungguh sungguh tentang keluhuran budi dan mendapatkan teladan dari para gurunya. Siswa disiapkan agar memiliki kecakapan mengerjakan suatu pekerjaan, baik yang dilakukan dengan tangan maupun pikiran:menghayati konteks politik, ekonomi dan sosial mengerti arti bertanggungjawab terhadap diri sendiri.Â
PGRI(Persatuan Guru Republik Indonesia) mempunyai tantangan berat untuk meningkatkan kualitas guru. Apalagi di zaman teknologi canggih guru tidak boleh"plonga- plongo" karena cepatnya perubahan dunia, munculnya teknologi informasi yang mau tidak mau harus dipelajari guru.
Guru akan selalu ketinggalan pengetahuan dari siswa karena siswa dengan mudah mencari jawaban lewat google dan lewat video aplikasi semacam YouTube yang sering menampilkan tutorial mata pelajaran. Maka itu guru harus selalu Update pengetahuan dan ketrampilan terutama masalah perangkat pembelajaran.