Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nadiem Makarim dan Masa Depan Pendidikan Indonesia

2 November 2019   15:08 Diperbarui: 2 November 2019   15:17 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem Makarim dalam Perkembangan Pendidikan TanggungJawab dipundaknya (tribunnews.com)

Beberapa tahun lalu penulis mengikuti lomba penulisan tentang pendidikan di Penerbit Kanisius. Kebetulan ikut menjadi pemenang dan artikel penulis dibukukan. Penulis membahas tentang perubahan zaman terutama hidup di zaman digital, internet. 

Betapa perubahan itu keniscayaan, sebab dengan era informasi digital industri bergerak cepat, informasipun sangat cepat bisa diakses meskipun kejadiannya ada di ujung dunia istilahnya. 

Dengan adanya internet, disrupsi muncul di segala lini. Pelayanan- pelayanan yang semula melibatkan manusia, melibatkan interaksi manusia sekarang terjadi perubahan. 

Dengan hanya membawa smartphone apapun bisa dihandle. Membayar pulsa listrik, membayar pulsa  telepon, membayar pam. Pelayanan pintar lewat smartphone memangkas aktivitas banyak hal. Kegiatan bisa dilakukan di rumah. Lapar tidak perlu harus capek pergi ke warung atau restoran. Cukup dengan Go food, grab food sambil menunggu dan main game makanan datang.

Era Smartphone, coding atau Bahasa Pemrograman Digital

Dan yang memanfaatkan adalah kaum muda saat ini. Mereka yang hidup dalam bonus demografi, yang dengan cepat memahami dan mampu mengoperasikan aplikasi- aplikasi yang ada di smartphone. 

Banyak anak menjadi pengusaha, memanfaatkan aplikasi dan fitur-fitur canggih smartphone, menterjemahkan sistem coding yang banyak menciptakan aplikasi- aplikasi yang mempermudah transaksi belanja bisnis kuliner, menjadi youtuber, blogger, dan bisnis lain yang berbasis digital.

Bagi penulis Jokowi sangat visioner dalam memilih menteri pendidikan dari generasi milenial, terlebih Nadiem adalah CEO Gojek. Perusahaan teknologi Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. 

Nadiem yang lulusan MBA(Master of Bussiness Administration) Harvard ( Harvard Bussiness Scholl ) adalah produk anak muda yang sangat tahu betul memanfaatkan kecanggihan internet untuk mengembangkan bisnis sampai ke tahap startup.

Era Perubahan apakah berkait Juga dengan berubahnya Kurikulum Nasional?

Mau tidak mau Indonesia harus berubah, kalau tidak China, Korea Selatan, Amerika, India sudah bergerak cepat dalam teknologi. Apakah mau ketinggalan? Padahal Indonesia adalah pangsa pasar bagus untuk produk digital. 

Jutaan masyaratnya sangat gila gadget (gadget freak). Tiada hari tanpa gawai kalau paket data habis saja banyak anak muda galau luar biasa. Bahkan saking gilanya pada smartphone dan aplikasinya termasuk game yang menjadi andalan anak muda mengisi waktu ada yang sampai mondok di rumah sakit jiwa.

Ketergantungan pada gawai sudah tidak dipungkiri. HP sudah menjadi pendamping utama dari aktivitas manusia. Penulis menyebutnya dunia yang berlari (memungut kata dari bukunya Doni Koesoemo A, Pendidik Karakter di zaman Keblinger, Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter, Penerbit Grasindo)

Nadiem pada mulanya akan lebih banyak mendengarkan dan penulis menduga ia akan membuat terobosan terutama kemudahan dalam membuat aplikasi yang menunjang proses belajar mengajar, merubah sistem dalam birokrasi pendidikan yang sudah ketinggalan.

Di zaman sekarang perubahan itu sangat mutlak. Dan agen yang kompeten dalam melakukan perubahan sejak awal adalah pendidikan, sorotan utama adalah guru. 

Dalam artikel Doni Koesoemo A. Guru itu berasal dari bahasa sansekerta Gu artinya kegelapan, Ru artinya membebaskan dari atau menyingkirkan. Makna asali dari guru sesungguhnya adalah penghalau atau pengusir kegelapan. Dalam sebuah syair dikatakan guru adalah pelita dalam kegelapan.

Guru harus mampu menjadi agen perubahan. Memaklumi perubahan sambil membekali siswanya karakter dan attitude yang pas untuk mengikuti perubahan.  

Disrupsi sosial, disrupsi pendidikan memungkinkan generasi muda yang akan datang hidup dalam tantangan yang semakin kompleks, terutama masalah kebudayaan, masalah interaksi sosial yang semakin sedikit melibatkan dialog langsung antar manusia.

Dalam Pendidikan Perubahan itu Mutlak!

Dalam pendidikanpun perubahan itu harus terjadi terutama pada posisi guru yang menjadi sentral dari ilmu pengetahuan. Sekarang guru tidak lagi menjadi sumber utama ilmu pengetahuan. 

Guru lebih diposisikan menjadi teman,pendamping, fasilitator siswa dalam belakar. Guru menjadi pencerah dalam hal karakter dan nilai- nilai kedisiplinan yang tentu tidak diajarkan langsung di mesin digital.

Ilmu pengetahuan bisa dieksplorasi, didiskusikan, dianalisis. Siswa diajak kritis dalam menerima perubahan, tidak boleh hanya menerimanya begitu saja. Kalau perlu siswa bisa menjadi pelopor bagi penciptaan teori dan pengetahuan baru.

Nadiem Makarim yang lahir 35 tahun lalu (tepatnya  Singapura, 4 Juli 1984) mempunyai pekerjaan banyak. Semua menyorotinya karena banyak masyarakat yang pesimis dengan kepemimpinan orang muda. 

Rasa pesimisme itu rupanya yang menghambat perubahan. Masyarakat terlalu terninabobokkan dengan kemudahan- kemudahan hidup di Indonesia yang melimpah kekayaan alamnya. 

Banyak manusia tidak mau menerima kenyataan bahwa hidup yang penuh perubahan itu menuntut manusia tangguh dalam menerima tantangan baik yang ringan maupun berat.

Penunjukan Nadiem oleh Presiden harus disyukuri karena kesempatan perubahan ada dalam diri anak muda. Toh semuda Nadiem sudah mengecap menjadi pendiri dan CEO startup yang leading saat ini.

Masyarakat harus optimis sambil tetap kritis jika ada kejanggalan kebijaksanaan dari kementrian. Era digital harus disikapi bijak tidak harus melontarkan kata- kata pesimis dan nyinyir.  Mari bantu menteri muda mewujudkan visi pemerintah untuk lebih memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia. 

Manusia yang unggul, adalah manusia yang bisa mengikuti perubahan itu sendiri dan tidak negatif thinking  menghadapi perubahan- perubahan yang begitu cepat. 

Politisi senior tidak perlu baper dan iri jika ada orang muda lebih kapable menterjemahkan kemauan presiden. Era sekarang baik jika orang muda diberi kesempatan mengembangkan ide untuk kemajuan negeri ini. 

Tantangan selalu ada dan waktulah yang akan menjawab apakah menteri muda bisa mengikuti dinamika dan keinginan presiden dalam menghantar pendidikan ke rel yang benar.

Jamak diketahui kemendikbud juga tidak luput dari mafia anggaran. Pejabat - pejabat eselon ada yang bermain halus tanpa disadari telah memanfaatkan anggaran negara untuk kepentingan pribadi.

Sistem sertifikasi dan bantuan untuk guru selalu dimanfaatkan untuk bagi- bagi uang pada para ASNnya(yang terlibat tentunya). Pengarsipan dokumen juga masih cukup kuno sehingga untuk mengurus apapun masih makan waktu lama.

Bagaimanapun anak muda sekarang banyak pintar memanfaatkan gawai. Jika diarahkan dan diberi kebebasan dalam berekplorasi anak muda sekarang bisa diajak lari untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Jangan bicara yang dekat- dekat bicara saja masa depan. Katakanlah Nadiem yang memulainya dan anak muda sebayanya dan dibawahnya dengan sigap memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan mampu membuka banyak kesempatan bisnis digital. 

Sekarang ini banyak penjual makanan baik restoran, tempat makan milenial, kafe kopi bahkan martabak, warteg, warung bubur ayam sudah menggunakan aplikasi pemesanan lewat grab maupun go jek.

Mas Nadiem pasti bisa menangkap sinyal keinginan presiden. Coba sekali- sekali netizen jangan buruk sangka, berpikir baik. panjang sabar sebab barangkali di lain waktu bisa mengemukakan pendapat baik melalui alat tulis kertas maupun dengan secara virtual mengatakan. 

Jika masyarakat mampu berpikir jernih maka mau tidak mau dengan suka rela membantu karyawan, pegawai negeri, polisi, pemerintah bahu membahu membangun bangsa. Ingat pesimis itu pertanda tidak mampu. 

Dalam negeri lingkup pendidikan yang dididik bukan siswanya tetapi juga orang tua, lingkungan. Manusia harus bermimpi untuk bisa bertahan, menciptakan pekerjaan  dan menciptakan konsep yang mampu menggairahkan penduduk kotanya semangat bekerja.

Menunggu Terobosan Nadiem di Kementerian Pendidikan

Mas Nadiem berjanji 100 hari dalam masa jabatannya sebagai mendikbud tugas dia hanya mendengar- mendengar dan mendengar. Baik dari pakar pendidikan, para pejabat, pada guru, para penulis dan mereka yang concern pada pendidikan. Silahkan setelah itu membuat gagasan baik bagi pendidikan yang lebih baik terutama pendidikan bagai masa depan anak bangsa. 

Terkesan saat ini ganti menteri ganti kurikulum. Menurut penulis perbaiki saja kurikulum yang ada pangkas sisi jeleknya. Kalau perlu mengarahkan guru tidak sibuk dalam urusan administrasi yang bikin nyut- nyut dan membuat guru hanya robot dari kegiatan administrasi, sedangkan seharusnya tugas utama guru adalah sebagai fasilitator, pendamping siswa, pengarah sisa, tutor siswa dalam menemukan kemandirian belajarnya.

Sebab pendidikan yang utama adalah sosialisasi dan belajar hidup mandiri, mengembangkan nalar dan pikiran untuk kemajuan diri sendiri, bangsa dan negara. Salam Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun