Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis dan Daya Khayalnya

12 Oktober 2019   10:42 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dan ilustrasi: pixabay.com

Di selasar pagi ini berteman Es teh dan Siomay dari Bang Parto aku duduk. Terdiam untuk tidak berkata apapun selain mengembarakan daya khayal. Menjadi penulis, menjadi perangkai kata mesti harus gigih mencari ide tidak biasa. Kalau tidak akan tergusur oleh waktu dan zaman. 

Kalau ingin berkenalan dengan dunia dan mengembara ke tiap -- tiap sudut dunia penulis perlu menangkap khayalan untuk menjadi senjata dan sihir bagi orang- orang yang haus kata dan bacaan.

Penting sebab suatu saat akan ada kesempatan penulis untuk memperkenalkan diri, membuat testimoni betapa berdarah- darahnya ia sepanjang hari untuk menjaring kata. Betapa susah awal mula ketika ia mencoba merangkai huruf dari satu kalimat ke kalimat yang lain, paragraf satu ke paragraf selanjutnya.

Penulis dengan tumpukan pengetahuan di otak dan segumpal khayalan yang berlelehan siap memukau pembaca dengan aneka cerita yang sebetulnya sudah pernah dirasakan pembaca tetapi mampu dibuat cerita oleh penulis dan pengarang, sehingga pembaca seperti ikut merasakan gelegak pengalaman pengarang.

Penulis selalu mempunyai daya khayal. Ia terlatih mewujudkan khayalan itu untuk diceritakan lewat bahasa sastra tulis. Khayalan itu mempunyai jangkauan tidak terbatas dan yang tidak terbatas itulah yang ingin diarungi penulis.

Jika seorang penulis profesional ia memang akan selalu mengandalkan kata untuk menyambung hidup. Ia harus total menjadi penyair, cerpenis, essais atau jurnalis. Karena kata itu yang menjadi andalannya ia mesti menggebu- gebu menulis, tidak bisa santai atau tergantung mood.  

Kalau hanya tergantung mood itu seperti seniman gendeng yang sangat idealis menjadi seniman. Jika hatinya sedang enjoy ia bisa melukis berjam- jam, berhari- hari. Tetapi bila tidak mood mau sebulan setahun ia akan bengong- bengong saja seperti tanpa pekerjaan.

Penulis profesional harus berani memasang target agar tulisan- tulisannya tetap tercipta dan ia mengandalkannya karena jika ia mandeg tabungan rejekinya pun tersumbat. Ia(penulis) berusaha memasuki lorong- lorong waktu, menjemput ilham yang kadang berlarian menjauh ketika dikejar dan mendekat bila sedang tidak berhasrat.

Lihat pohon beringin yang bergoyangan diterpa angin ribut, ia seperti melihat gadis cantik yang pernah dikenalnya sewaktu muncul cinta pertamanya. Ia menemukan kata- kata cinta, syair- syair melankolis yang sempat membuat ia patah hati gara- gara ditolak calon kekasihnya. 

Jika ditolak apakah langsung menyerah. Dalam daya khayalnya ia tidak pernah menyerah tetapi kenyataanya ia paranoid  dan tidak ingin mengulangi kejadian ketika ia patah hati,  karena penolakan yang membuat ia seperti ingin mengakhiri hidupnya. Ia bahkan merasakan apa yang diderita Joker. 

Menjadi jahat karena ada rasa kekecewaan ketika ia menjadi orang baik. Sudah baik tapi tidak diterima dan dicurigai hanya settingan, hanya rekayasa. Bagaimana tidak gondok ia sudah mengorbankan perasaan, waktu dan tenaga untuk berbuat baik. 

Tetapi kebaikan yang ia rasakan adalah awal dari kesengsaraan selanjutnya. Bukankah mengecewakan. Apakah karena karma, apakah karena dosa turunan hingga ada perasaan orang baik yang selalu dipojokkan dan dianggap orang lemah.

Mending menjadi orang jahat bisa jalan- jalan ke ujung dunia bisa merasakan naik pesawat eksekutif dan mengalami bagaimana menjadi orang sukses. Orang jahat bila kemudian terpenjara karena perbuatannya masih bisa bertobat dan berani berubah. 

Yang repot itu ketika dulunya ia adalah panutan, orang suci, orang dengan nilai plus bejibun kemudian berubah karena ada insiden aneh yang menyebabkan ia amat dendam dan penuh nafsu menumbangkan manusia lain yang ia anggap andil dan membuatnya sakit hati, sakit mental dan sakit tidak lagi mengenal seseorang gara- gara sebuah peristiwa tragis yang tersimpan di memori.

Penulis menangkap peluang yang luput dari kaca mata orang biasa. Membariskan kata sehingga muncul seolah- olah ialah penciptanya. Padahal ia hanya memungut dari berbagai sumber, diubah sedikit, diotak- atik katanya atau dibolak- balik hingga akhirnya tulisannya menjadi rangkaian karya baru.

Okey baiklah mari lanjutkan khayalan kita!

Aku sebetulnya mempunyai sebaris puisi untuk kalian, sebaris saja di pojok pula lalu apa temanya kira- kira. Nah lho, ini kok malah tanya yang penulis siapa sih saya. Oke baiklah, jika pertanyaanmu begitu akan kujawab:

...begitulah yang terjadi diantara kita

Semerbak wangi bunga melati

Semula hanyalah aroma khayalan.

Wanginya sih selalu terkenal

Seperti seteguk cinta dari pria yang baru beranjak dewasa

Seperti pelukan gadis manis yang sedang tumbuh kencang volume dadanya

Seperti Lelaki yang sepanjang hari bertegakkan kantong mimpinya memeluk kekasih khayalannya

Seperti penulis yang sedang berbulan madu dengan puisi dan cerpennya...

Penulis selalu mempunyai cara untuk merangkai kata maka peluk ciumlah selalu ide agar ia selalu rindu menyapa dan akhirnya menjadi kekasihnya. Penulis dan Khayalannya adalah dua sejoli yang tidak terpisahkan.

Salam Literasi, rindu kata. Semoga damai selalu untuk kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun