Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Bagaimana Menulis Bukan Hanya Sekadar Mengeluarkan Unek-unek?

29 September 2019   06:47 Diperbarui: 29 September 2019   20:01 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Oleh Joko Dwi (kolaborasi drawing dan pewarnaan di HP)

Dalam tulisan sebelumnya saya mendapat teguran keras Kompasiana. Salah satu faktornya karena membuat tulisan yang bisa menimbulkan salah persepsi. 

Dan bagi Kompasiana dianggap melanggar. Sebuah pembelajaran bagi saya untuk hati- hati dalam menulis. Menulis itu bukan sekedar mengeluarkan uneg- uneg, melampiaskan emosi dan melontarkan pendapat tanpa memperluas cakupan pandangan.

Bukan sekadar menulis Tetapi Menyajikan Tulisan Berkualitas

Harus dipikirkan matang- matang  setiap kata demi kata, kalimat demi kalimat. Kalau  emosi tulisan yang baru saja ditulis tidak melalui tahap editing langsung diupload bisa saja akhirnya menghasilkan tulisan provokatif, SARA dan bisa menimbulkan salah persepsi pada pembacanya.

penulis harus hati hati dalam setiap pemikiran dan kata agar tidak melanggar ketentuan platform blog/sumber: tangkapan layar kompasiana.com
penulis harus hati hati dalam setiap pemikiran dan kata agar tidak melanggar ketentuan platform blog/sumber: tangkapan layar kompasiana.com

Ada beberapa tahapan agar tulisan benar- benar siap untuk dibaca pembaca:

1. Setelah opini atau artikel selesai ditulis jangan cepat- cepat atau terburu  - buru di upload. Simpan dulu tulisan beberapa saat, bisa ditinggal sebentar untuk melakukan aktifitas lain selain menulis. Kalau ibu rumah tangga bisa masak dahulu atau jalan- jalan ke pasar. Setelah mengendap bisa kemudian dilihat draft tulisan sebelumnya telah disimpan.

2. Boleh jadi tulisan atau artikel yang sebelumnya ditulis mengandung banyak kekurangan, biasanya masalah typo, kesalahan kesalahan berupa tanda baca, huruf besar dan kecil, rangkaian kalimat sudah nyaman atau belum dibaca. Maka tahab editing sangat penting

3. Setelah meneliti  huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf penulis perlu meneliti keterhubungan antar kalimat dan paragraf. Pastikan satu paragraf lebih nyaman jika satu topik bahasan, bahasan kedua dan seterusnya dilanjutkan pada paragraf selanjutnya.

4. Setelah paragraf demi paragraf selesai menjadi satu artikel dan rasanya tidak ada yang bermasalah termasuk kata- kata atau kalimat yang bisa saja akhirnya melanggar ketentuan, baru browsing gambar atau ambil gambar di file untuk memberikan kekuatan artikel dengan ilustrasi atau foto yang pas untuk merangsang pembaca tertarik membacanya.

5. Bila perlu diberi sub judul yang menggambarkan keseluruhan kalimat dan paragraf yang membahas satu atau dua tema. Sub judul bisa membuat pembacanya penasaran dengan bahasan selanjutnya, Jika menarik sub judul menjadi jendela bagi pembaca untuk membaca kalimat- kalimat dan paragraf selanjutnya sampai tuntas satu artikel berkat sub judul yang membikin penasaran sampai akhirnya satu artikel tuntas.

6. Gambar yang diupload tentu harus dikasih keterangan dan dicantumkan siapakah yang membuatnya atau mengambil dari portal berita, sutterstock atau dari file yang masih tersimpan di file dokumen atau picture.  

Kalau foto pribadi bisa ditulis dengan  disingkat dokpri, jika tidak akan kena penalti atau teguran- teguran lewat  inbox platform blog, karena kalau tidak mencantumkan berarti dianggap mencuri atau mengambil gambar tanpa menyertakan pembuat atau sumbernya yang valid lewat google atau media aplikasi lain.

7. Setelah dipastikan yakin dengan tulisan yang akan segera tayang di media sosial teliti dahulu sekali lagi idenya. Jika tulisan murni opini harus dipastikan tulisan benar- benar sudah tidak bernada menggurui, kata- kata dalam kalimat bisa menimbulkan salah persepsi. 

Jika ingin artikel benar- benar menginspirasi dan kuat secara narasi dan sumber pengetahuan maka bisa diambil referensi dari Wikipedia, dari buku buku terkait atau koran dan berita yang valid dan bisa dipercaya agar kualitas tulisan bertambah.

Setiap penulis pasti mempunyai gaya sendiri dalam menulis. Kekhasan penulis harus tetap dipertahankan karena akan membantu memberi branding bagi penulisnya. Contohnya yang bisa diambil  adalah tulisan dari Robbi Gandamana. 

Tulisannya unik khas Jawa Timuran, Khas kaum santri yang digembleng untuk menguasai kitab kuning sekaligus.dalam jenakanya tulisan, tetapi dari serangkaian tulisannya adalah gaya pisuhannya (makiannya) yang jenaka. 

Eko Kuntadhi dengan dialog yang terbangun karena ada abu kumkum, atau Denny Siregar dengan kata sruput dulu  kopinya.

Menulis dan  Branding Diri

Tetapi walaupun mendapat peringatan dari admin bukan berarti harus trauma dan takut menulis karena kebebasan menulis dan berekspresi tetap dijamin undang- undang, hanya setiap penulis harus mematuhi aturan main yang ditentukan oleh platform blog di mana tulisan penulis ditayangkan.

Di era media sosial ini kata-kata, tulisan dan gambar menjadi sihir ampuh untuk melakukan demonstrasi, membenci seseorang, merubah karakter dan membuat sebuah tempat wisata baru mendadak sontak diserbu pengunjung. 

Broadcast dari media sosial bisa merubah nasib seseorang, entah politikus, selebritis dadakan atau seseorang yang bukan siapa -- siapa mendadak terkenal. Tempat yang semula biasa biasa menjadi luar biasa dan terkenal contohnya KKN desa Ponari. 

Itulah Peran penulis, blogger, content writer menjadi luar biasa walaupun tulisannya bermula dari hobi dan hanya menulis secara amatiran karena suka dan sangat enjoy ketika menulis di blog atau media sosial.

Menulis adalah sebuah aktifitas yang mengasyikkan apalagi jika suatu saat penulis penulis bisa merasakan bahwa hobi yang semula hanya sebagai penghibur kala senggang dan pengusir sepi ternyata menghasilkan. 

Berbuah ketenaran, mendapatkan royalti dan job menulis secara professional seperti halnya St Kartono laris manis menjadi pembicara karena berangkat dari kesukaannya menulis hingga mengantarkan  Pak Dosen, Guru de Britto itu sebagai pembicara yang laris manis.

Penulis Bersama St Kartono Penulis, motivator, pembicara terkenal dari Jogja (foto oleh Vincentius S, dokumen Facebook)
Penulis Bersama St Kartono Penulis, motivator, pembicara terkenal dari Jogja (foto oleh Vincentius S, dokumen Facebook)

Jadi siapa saja yang baru saja menekuni hobi menulis tidak boleh pantang menyerah siapa tahu garis hidup anda berubah setelah menyukai dunia tulis menulis. Salam Damai Selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun