Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Agama dan Politik Saling Merangkul dan "Menikam"

23 September 2019   21:54 Diperbarui: 24 September 2019   08:57 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: hidupkatolik.com

Penulis sendiri masih enjoy hidup bertetangga dengan tetangga berlainan agama, suasana akrab masih terasa. Toh dalam hubungan sosial kemasyarakatan agama adalah masalah pribadi.

Di sekolah saya kebetulan sekolah Kristen ada ruang khusus bagi mereka yang ingin sholat. Padahal di depan ruangan itu biasa digunakan untuk kebaktian. Relasi manusia dengan Tuhan tidak perlu dibatasi sekat- sekat agama.

Jika agama telah bercampur dengan politik, negara tentu akan runyam. Politik yang profan akan susah menyatu dengan agama yang intinya selalu menjauhkan manusia dari "mabuk kekuasaan".

Agama mengajarkan pemimpinnya untuk jujur, tidak korupsi, tidak melakukan penipuan terhadap rakyatnya, memegang amanat rakyat, menyatukan masyarakat yang heterogen, membuat manusia rendah hati.

Sayangnya di negara-negara berkembang agama dimanfaatkan untuk melegitimasi kekuasaan.

Pejabat berkedok religius untuk merebut simpati rakyat, setelah meraih kekuasaan akhirnya lupa dan cenderung hanya memikirkan diri sendiri. Baju dan penampilan sangat agamis tetapi korupsi dan perilaku arogan, menghalalkan segala cara tetap dilakukan.

Negara Berkembang dan Isu Ketidakadilan Memicu Renggangnya Relasi Antar Agama?
Politik negara berkembang selalu hadir dengan memainkan isu- isu ketidakadilan, perbedaan agama, mayoritas-minoritas, friksi antar etnis, pemerataan pembangunan. Politikus akan menggoreng isu apa saja untuk bisa menjatuhkan lawan politik.

Berbaju agama mereka lebih mudah masuk dalam kantong- kantong masyarakat bawah yang masih dengan mudah ditipu dengan tafsir- tafsir agama.

Sayangnya kadang ajaran yang benar malah sering mendapat benturan keras dari pengajaran agama yang cenderung radikal, yang radikal dengan cerdas mampu memainkan isu kemiskinan, ketidakadilan, janji politik, Isu HAM dan berbagai isu lain yang bisa mengadu domba masyakat yang sebetulnya masih saudara sebangsa dan setanah air.

Kebangsaan, Kecintaan pada tanah air dipertaruhkan ketika berhadapan dengan ajaran global agama yang hendak menyeragamkan keyakinan.

Padahal setiap manusia diciptakan berbeda- beda. Karena keragamanlah yang membuat manusia itu unik, Setiap manusia adalah unik karena tidak pernah sama baik dalam karakter, ciri- ciri fisik, maupun tingkah lakunya.

Lalu kenapa radikalisme agama mempunyai kecenderungan untuk menyeragamkan keyakinan, bukankah setiap manusia mempunyai pilihan sendiri untuk memeluk keyakinan sesuai dengan hati dan nuraninya.Menjadi bahan permenungan bagi anda para pembaca. Salam Damai Selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun