Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Agama dan Politik Saling Merangkul dan "Menikam"

23 September 2019   21:54 Diperbarui: 24 September 2019   08:57 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: hidupkatolik.com

Bahkan kadang melakukan fitnah keji dengan melakukan pengajaran- pengajaran yang intinya bertujuan membenci agama lain. 

Ketika ditanya mengapa pemimpin agama tanpa merasa bersalah mengatakan bahwa, ajaran membenci agama lain itu adalah kewajiban untuk membela agama dan umatnya percaya apapun yang dikatakan pemuka agama tersebut adalah benar, karena memang ada ajaran untuk memerangi kepercayaan lain.

Indonesia saat ini tengah menghadapi ujian, terutama masalah hubungan antar umat beragama. Banyak isu tentang intoleransi, banyak ajaran-ajaran dari pemuka agama yang dibekali paham yang cenderung radikal dan sangat meresahkan relasi antar agama.

Ada sikap saling curiga, ada perasaan terancam dan sikap antipati jika berhubungan dan bergaul dengan umat yang kebetulan berlainan kepercayaan.

Padahal banyak ahli agama, para kyai, pastor, pemimpin agama yang sering mencontohkan bagaimana membangun keakraban meskipun beda keyakinan. Agama tidak harus dipertentangkan karena sebetulnya setiap agama mempunyai inti ajaran yang sama.

Agama akan selalu mengajarkan kejujuran, kesetiaan, kasih sayang. Sayangnya manusia kadang- kadang merasa takut, merasa terancam jika orang lain lebih baik dari dirinya. Ada perasaan cemburu jika ada orang yang lebih berkualitas, lebih cerdas, lebih beruntung, lebih kaya.

Di Indonesia fakta membuktikan bahwa agama minoritas, etnis minoritas lebih kaya, lebih makmur, lebih berpendidikan dari agama mayoritas, etnis mayoritas. Dari situ muncul kecemburuan dan ada perasaan tidak adil.

Perekonomian, usaha, bisnis, perdagangan dipegang oleh minoritas. Ketekunan, keuletan dan kesempatan luas dimiliki oleh minoritas, meskipun dalam hal beribadah minoritas banyak mendapat tekanan.

Kecemburuan dan ketidakadilan pada negara berkembang memicu tumbuh suburnya fanatisme agama. 

Mereka yang kebetulan mayoritas berpendidikan rata-rata rendah, dengan tingkat melek pengetahuan yang masih rendah mudah dibujuk rayu dan dimasuki ajaran-ajaran radikal yang bertujuan untuk melakukan perlawanan terhadap minoritas, keyakinan lain sehingga tujuan untuk membentuk negara agama semua peraturannya berdasarkan ajaran agama.

Mengapa sering Muncul Disharmoni Hubungan antar Agama di negara Berkembang
 Yang sedang terjadi di Indonesia adalah banyak ideologi berbasis agama yang hendak mengacaukan relasi antar agama. Padahal Indonesia dikenal di dunia karena kemesraan hubungan antar agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun