Jokowi konsisten membangkitkan kebanggaan untuk mengenalkan pakaian adat baik dalam sidang MPR maupun pada Upacara Peringatan Kemerdekaan yang rutin digelar di Istana Negara. Dunia akan menyorot upacara yang ditunggu- tunggu oleh seluruh pemirsa baik di Indonesia maupun  di luar negeri. Setiap orang menanti kejutan, menanti dengan jantung berdebar- debar pakaian adat dari mana yang akan dikenakan presiden terpilih 2019 - 2024 tersebut. Setiap upacara selalu muncul kejutan, penuh warna meriah dengan beragamnya baju adat yang ada di seluruh Nusantara.
Penulis terpesona, dan mengangkat jempol atas kreatifitas presiden dalam membangkitkan kebanggaan nasional. Mau tidak mau Indonesia harus bangga karena anugerah suku- suku bangsa yang menghuni nusantara ini. Biarkan saja ada yang selalu menganggap omong kosong pertanggungjawaban Presiden di MPR, Mereka sedang memainkan perannya sebagai kritikus yang sekedar meramaikan berdebatan di medsos. Para pengamat beragam, ada yang mengkritik berdasarkan data dan fakta (yang ini patut dihargai dan diapresiasi). Ada yang terlanjur benci dan dendam sehingga apapun kebaikan seorang pemimpin tetap dicari cari kesalahan sekecil apapun. Â
Bertindak Nyata Tidak sekedar Mengkritik
Jokowi itu marketer, motivator dan pekerja keras. Sebagai presiden ia tidak lelah untuk menunjukkan jati diri bangsa. Mengangkat usaha lokal dengan meng-endorse diri sendiri, menunjukkan ini lho karya anak bangsa. Jika Indonesia ingin melesat, Presiden memang harus terdepan dalam mengubah mindset masyarakatnya. Untuk mampu unggul ya harus belajar, untuk mengenalkan Indonesia yang beragam ia harus agresif mengenalkan: "Ini lho karya anak bangsa, yang saya kenakan adalah bukti nyata kekayaan, kreatifitas. Setiap daerah berbeda, tetapi keberbedaan itu menghasilkan harmoni, keseimbangan dan kebanggaan.
Kenyataannya Indonesia memang kaya adat dan budaya. Mengapa masih ada orang- orang yang ngotot penyeragaman. Baik ideologi, agama  maupun kebudayaan. Biarlah setiap suku, setiap warga masyarakat bebas menafsirkan simbol- simbol. Tidak perlu takut ada tekanan dari negara, sebab negara sekarang hadir untuk menuntun masyarakat kembali mencintai baju adat, baju- baju khas daerah.
Jangan dinarasikan patung- patung itu simbol setan. musrik dan haram. Patung- patung yang dirancang dan dibuat seniman itu adalah pengendapan bahasa budaya. Indonesia meskipun pada sisi lain digempur dengan berita - berita intoleransi tetapi kekayaan pikiran, kreasi seniman jauh di atas rata- rata. Dunia mengakuinya. Di sisi ini dunia harus menghormat atas kekayaan imajinasi seniman Indonesia. Lihat  aktifitas seniman yang sedang bergairah. Perayaan kemerdekaan dirayakan dengan meriah dengan baju warna- warni. Setiap daerah seperti ingin menunjukkan betapa mereka mempunyai karya yang patut diunjukkan di ruang publik.
Jokowi mewakili hasrat masyarakat untuk melawan nafsu segelintir orang yang menginginkan perubahan ideologi, penyeragaman. Hijrah budaya Arab yang menginginkan identitas keagamaan kuat mencakar. Lihat jika melihat baju- baju adat yang dikenakan saat detik- detik proklamasi di Istana Negara, mata jauh lebih segar, lebih sehat dengan berbagai pernik yang menghias layar kaca.
Coba saja jika mengikuti keinginan ormas tertentu yang menginginkan pengaturan pakaian yang sopan, tertutup dan sewarna. Rasanya hidup membosankan. Akhirnya pikiran dipenuhi oleh hasrat kebencian, hasrat terpendam yang lama- lama akan meledak menjadi bom yang siap menghancurkan persatuan dan kesatuan. Penulis membaca dan mengamati banyak negara berdasarkan agama, kesehariannya dipenuhi konflik, perang antar saudara dan saling tikam antar penganut aliran- aliran tertentu. Padahal agama mereka sama, hanya tafsir dan pemahaman yang berbeda.
Belajar sejarah, Mengingat kejayaan Bangsa Indonesia
Negara- negara yang keukeuh mempertahankan ideologi keagamaan tidak pernah maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka lebih berkutat pada doktrin dan aturan agama yang membatasi kebebasan berpikir. Jadi, mengapa harus memberi kesempatan ideologi gagal berkembang di negara dengan potensi budaya besar seperti Indonesia.
Sejak Mataram Kuno (wangsa Syailendra dan Sanjaya saat jaman Rakai Panungggalan bisa membangun candi Borobudur, candi kalasan. candipawon,candi sewu dan candi mendut) sudah bisa menghasilkan karya arsitektur besar berupa candi yang masuk dalam 7 keajaiban dunia, peninggalan  lain berupa seperangkat gamelan, batik, songket, rumah- rumah adat dengan perancangan luarbiasa indah yang sudah memperhatikan keindahan serta keamanan. Rumah- rumah yang dirancang aman dari bencana gempa dan sangat cocok dengan iklim tropis. Sekarang Indonesia harus menggali lagi kearifan lokal dan belajar dari kecerdasan pikiran orang- orang di masa lalu yang bisa membangun dan merancang kebudayaan selaras dengan alam.
Jokowi ingin menunjukkan Indonesia tidak kalah dengan negara maju. Jokowi ingin mendorong masyarakat bangga dengan kebudayaan sendiri. Orang- orang luar negeri sangat kagum dengan Indonesia tetapi orang- orang Indonesia menganggap luar negeri jauh lebih menarik dari karya bangsa sendiri. Jokowi ingin membangun semangat mandiri dan semangat untuk tidak minder menghadapi persaingan global yang tidak bisa dihindari, bonus demografi harus bisa dimanfaatkan sebaik- baiknya untuk menyejajarkan diri dengan negara- negara yang sudah lebih dahulu maju. Maka relevan jika membaca tema peringatan kemerdekaan saat ini"Â Menuju Indonesia Unggul".Salam Damai Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H