Soal bela negara dan menjaga keutuhan bangsa boleh dong setiap pribadi berpikiran radikal. Dalam artian setiap pribadi akan membela mati- matian mempertahankan keutuhan bangsa dan menjaga keragaman bangsa Indonesia.
Keragaman Itu AnugerahÂ
Indonesia yang beragam adalah sebuah anugerah. Negara dengan banyak pulau, suku bangsa, etnis, bahasa dan ragam kebudayaan tidak boleh diseragamkan hanya karena segelintir orang yang mengarahkan menjadi negara agama. Apalagi memaksakan kehendak untuk mengikuti budaya "luar negeri" yang tidak mentoleransi keragaman.
Indonesia itu negara yang berbudaya, dalam prinsip berbudaya pasti menghargai setiap kreatifitas. Setiap pribadi berhak dan wajib menjalankan ibadah dan agama menurut kepercayaan masing- masing, tetapi tidak boleh memaksakan kehendak atas nama agama. Agama adalah pertanggungjawaban pribadi. Karakter orang beragama  menghargai dan mengimplementasikan kejujuran dan kebaikan. Kebaikan itu bukan hanya untuk saudara yang kebetulan beragama sama, tetapi lintas agama. Lintas suku, lintas generasi dan lintas ideologi.
Boleh berdebat, boleh mengkritik, tetapi tidak boleh menyerang pribadi. Boleh memberi saran dan mengoreksi kekurangan tetapi tidak boleh menyebarkan berita bohong dan memfitnah. Kalau ajaran agama terus mengobarkan kebencian dan selalu menyerang keyakinan lain bagaimana setiap manusia menjalankan agama dengan murni, karena kebencian, dendam, iri dan ketakutan itu wujud betapa dangkalnya pengetahuan mereka tentang agama. Ajaran- ajaran agama pastinya bukan hanya dihapal dan dibaca tetapi dilaksanakan dengan memegang prinsip menghargai perbedaan dan keyakinan orang lain.
Indonesia  Bonus Keunggulan Sumber Daya Alam dan Kebudayaan
Menjadi manusia unggul butuh komitmen, tahan bila ditekan atau berjiwa pantang menyerah. Sebagai contoh, seorang penulis akan selalu terus menulis meskipun tantangan menghadang, Misalnya malas, bad mood, writer block, tidak mendapat tanggapan sepadan dengan perjuangannya. Menjadi penulis disamping memotivasi orang lain (pembacanya) juga memotivasi diri sendiri agar konsisten menyuarakan kebaikan dan kualitas hidup manusia. Untuk menjadi manusia unggul setiap pribadi harus merdeka berpikir, berani mencoba dan tidak takut gagal.
Keunggulan SDM ditentukan oleh seberapa tangguh manusia Indonesia menghadapi badai dalam hidupnya, tidak menyerah meskipun berkali- kali gagal, terus berusaha memperbaiki meskipun banyak orang yang jauh lebih unggul darinya. Kekuatan untuk berani mencoba dulu tentu akan membuat manusia belajar dari pengalaman. Setelah melakukan kesalahan manusia akan berusaha memperbaiki kesalahan dengan mengevaluasi dan melakukan terobosan lain agar tidak mengalami kegagalan lagi.
Manusia itu berakal, sanggup melakukan instrospeksi, sanggup memperbaiki kekurangan dengan menggunakan akal budinya, Semangat pantang menyerah itulah yang disebut manusia unggul.
Radikal dalam prinsip dan ketegasan menolak penyeragaman, menolak pencampuradukan nasionalisme sempit yang hanya memperjuangkan ideologi tertentu dan melenyapkan keyakinan lain. Bangsa Indonesia setuju dengan Pernyataan Jokowi untuk tidak memberi celah sekcil apapun terhadap paham apapun yang akan mengganti ideologi negara selain Pancasila. Keputusan Indonesia sudah final, tidak ada ideologi lain selain Pancasila yang terbukti bisa membentengi dari perang saudara dan paham -- paham yang ingin menjadikan negara ini negara agama.
Beragama Itu menghargai Setiap Keyakinan
Sudah terbukti banyak negara yang menganut negara agama, kecamuk perang saudara, peperangan karena berbagai kepentingan, pencampuradukan agama dan politik membuat negara menjadi hancur. Agama adalah corong kedamaian, dalam jiwa yang damai terdapat penghargaan untuk menjalankan ibadah dengan damai menurut keyakinan masing- masing.
Pemimpin agama mempunyai tugas untuk mencerahkan umatnya, memberi pengetahuan untuk semakin menguatkan keimanan masing- masing dengan memahami tafsir- tafsir ajaran yang menyejukkan bukan memprovokasi masyarakat untuk memerangi keyakinan agama lain. Pemuka agama mempunyai bekal cukup, menguasai ilmu agama, psikologi dan bukan sekedar pandai bicara. Banyak orang bisa bicara, tetapi pemuka agama yang bijak adalah yang sama dalam tutur dan tindakan. Randah hati dan tidak mencampuradukkan antara politik dan agama.
Jika setiap pribadi sadar bahwa keyakinan adalah pertanggungjawaban pribadi antara manusia dan Tuhan maka kesadaran beragama dengan cara apapun tujuannya sama yaitu memuliakan Tuhan. Sang Maha Dzat, Sang maha Tunggal. Setiap agama memegang prinsip hakiki dan mempunyai cara masing- masing bagaimana mereka tunduk pada aturan dan bersikap sebagai manusia beragama.
Kontemplasi, Introspeksi Dan Tekad Diri Untuk Maju dan Berkembang
Tulisan ini bukan hendak mengajari pembaca tetapi lebih pada kontemplasi penulis pada masalah- masalah yang sering muncul belakangan, di mana banyak manusia merasa bahwa agama bisa mengatur semuanya baik cara memakai baju, menghargai budaya, menghargai kreasi seni dan menghargai kebebasan berpikir. Banyak manusia "mabuk agama" dengan menyamaratakan keyakinan dan memaksa kehendak atas nama agama.
Bahwa agama mengatur moralitas itu pasti tetapi ukuran sopan santun, adat kebudayaan tentu berbeda satu sama lain. Adat budaya Bali berbeda dengan Aceh dan Minang. Papua tentu beda dengan cara orang Banten dalam menterjemahkan moralitas. Arab dan Indonesia boleh jadi sama dalam hal mayoritas pemeluk agamanya, tetapi adat, kebudayaan dan cara memakai baju tentu tidak akan pernah sama karena bisa tergantung cuaca, iklim dan letak geografisnya. Negara barat dan Kristen Katolik boleh jadi mempunyai kesamaan pandangan dalam hal berpikir dan meyakini ilmu pengetahuan dan religiositas, tetapi adat budaya dan latar belakang sejarah akan tetap berbeda. Maka Kristen Katolik mempunyai hak untuk menjaga keimanan dengan tetap memegang teguh prinsip lokalitas, budaya asli Indonesia bukan kebarat- baratan. Tuhan mengerti apapun bahasa manusia,Tuhan mengerti budaya manapun sesuai kondisi. Jadi bisa disimpulkan bahwa apapun caranya kalau tujuannya memuliakan Tuhan Sang Pencipta doa dengan cara apapun akan didengar kalau dilakukan dengan niat yang tulus.
Manusia Unggul Manusia Yang Pantang Menyerah
Itulah kontemplasi penulis, yang masih banyak kekurangan. Banyak hal semakin tahu banyak semakin merasa seperti debu beterbangan karena ternyata dari banyaknya hal yang diketahui manusia ternyata masih ada hamparan sangat luas ilmu pengetahuan yang tidak diketahui manusia. Semakin sering membaca dan menulis, semakin terbuka bahwa manusia itu seperti butir pasir di lautan. Tidak berdaya karena ternyata dunia itu sangat luas dengan berbagai keragaman yang ada disekitar manusia.
Kalau orang merasa sudah pandai berarti iapun berhenti pada titik dimana ternyata kepintarannya hanya sejentik dari kepandaian orang  lain. Itulah di hari kemerdekaan yang ke 74 ini penulis mencoba membangun introspeksi diri dan barangkali pembaca ada satu dan dua yang berpikiran sama.
Untuk menjadi manusia unggul butuh manusia yang pantang menyerah dan berani memulai. Jika anda ingin mulai menulis yuk mari sama- sama belajar. Merdeka! Salam Damai Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H