Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bayangan di Pupil Mata

6 Agustus 2019   11:00 Diperbarui: 6 Agustus 2019   11:14 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi drawing on paper oleh Joko Dwiatmoko (dokpri)

Terpejamlah sejenak merasakan gelap

merasakan lukisan-lukisan abstak, garis- garis geometris muncul

seperti  cahaya yang berpendaran diantara gelap pekatnya pandangan.

Seperti meniti misteri dalam kabut dan gelap

menembus kedalaman dan terbukanya indera- indera lain

titik- titik cahaya berpendar membuka tabir

Kegelapan adalah derita sekaligus fenomena

derita dalam kemiskinan warna dan pandangan

tetapi kaya dalam penziarahan jiwa

Dalam lekam gelap kehidupan

muncul lorong waktu dan misteri yang sebelumnya tersembunyi

ada cahaya jiwa benderang dalam kesunyian

hidung bisa mengendus lebih dari saat ketika mata tercelak

dan kuping bisa mendengar suara tersembunyi saat mata membelalak

telinga lebih tajam mendengar desir angin dan riak air kecil.

Sayang pula dalam bayangan pupil matamu

ada banyak cerita yang tidak pernah bisa kau lihat tanpa berkaca

ada banyak cerita ketika kau hanya melihat lalu bisa menyimpulkan

melihat gambar tapi bisa menyimpulkan tentang kebenaran yang kau sendiri sebetulnya masih sangsi

Kau bentuk laskar untuk memberangus kebebasan berpikir

karena merasa sudah menjadi wakil tuhanmu dalam hal kebenaran

murkamu seperti menunjukkan betapa bodohnya orang hanya bisa melihat judul dan gambar

bukankan mata harus dilatih sabar

untuk menyampaikan pesan sebelum dicerna jiwa

mengamati dengan teliti sampai menemukan kebenaran hakiki

Apakah kini banyak orang hanya ingin melihat kulitnya

tanpa ingin melihat lebih jauh sebelum bisa menyimpulkan

laskar yang hanya bisa menampar dan melempar

tanpa bisa sabar menahan lapar

membuka logika dan nalar

Mata, jendela di mana jagat terasa luas

             keseluruhan rasa dan kekayaan warna

             antara ada dan tiada

             keseluruhan angan dan mimpi nyata

             melihat,dikirim ke otak , dilempar ke jiwa  

            dibenamkan dalam nurani untuk mendidik jiwa lebih bijak.

Jakarta, 6 Agustus 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun