Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Daun-daun Kering Berserakan

22 Juni 2019   09:02 Diperbarui: 22 Juni 2019   09:16 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari pixabay.com

Musim kemarau  aku meneduh dirantingmu yang meranggas

Dedaunan layu berserakan, seperti hatiku padamu

Hanya batang dan ranting yang tegak berdiri

tak mampu menangkis sinar matahari yang membakar kulit.

Aku teringat beberapa bulan lalu ketika siang menggantang

bersama dedaunan ini kau lindungi aku dari sorot matahari menyilaukan

pun pada panasnya yang membuat kepala pusing

batang gagah dengan dedaunan hijau merimbun.

Berlari- lari kecil mencari peneduh

sementara jiwa- jiwa manusia semakin mengering

seperti dedaun rebah lemah dipangkuan bumi

diantara retak bumi dedaun rawan terbakar

jika akhirnya terbakar semakin kerontanglah tanah- tanah merah beretakan

Seperti cintaku, berserakan merebah tak mampu berdiri

hanya mampu bergerak saat angin dan air membandang menghanyut.

Aku tinggal meratapi kehidupan sia- sia berandai menjadi daun kering tidak berguna

apalagi mengharap cinta darimu yang menyengat seperkasa matahari

mimpi dedaunan kering dalam suara- suara repih sang pengkhayal.

Daun- daun kering hanya akan menjadi onggokan sampah

siap- siap terbakar dan akhirnya menjadi abu- meresap merangkak dalam pori pori tanah

dedaunan kering tidak pernah tahu bagaimana cahaya, cuaca mampu mengubah nasib.

pada manusia kreatif mungkin aku bisa menjadi hiasan dengan merangkai tiap tiap lembar daun

tetapi sebagian dariku tetap hanya akan menjadi bagian dari debu dan abu.

Jika mampu bersuara tetap saja kalah gemuruh dari angin

dan kalah lantang dari jangkrik yang bingung bersembunyi diantara pori- pori bumi

apalagi suara tongkeret yang merdu saat senja tiba hilang

ditelan kemarau panjang yang menerbangkan dedaunan.

Jika mampu bersuara apakah aku mampu bersaksi jujur

di persidangan negara yang tengah menikmati sengketa

yang tidak berakal.

Dan hakim akan berkata apalah artimu daun - daun kering

Suaramu tak akan mengubah apapun

yang terjadi manusia hanya semakin redup oleh kegilaan -- kegilaan konyol yang diperlihatkan.

Kau dedaunan kering tahu apa tentang rimba raya hukum.

Aku mencintaimu ibu pertiwiku tetapi rasanya dedaunan kering hanya berguna kelak di kemudian hari.

Jakarta, 22 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun