Musim kemarau  aku meneduh dirantingmu yang meranggas
Dedaunan layu berserakan, seperti hatiku padamu
Hanya batang dan ranting yang tegak berdiri
tak mampu menangkis sinar matahari yang membakar kulit.
Aku teringat beberapa bulan lalu ketika siang menggantang
bersama dedaunan ini kau lindungi aku dari sorot matahari menyilaukan
pun pada panasnya yang membuat kepala pusing
batang gagah dengan dedaunan hijau merimbun.
Berlari- lari kecil mencari peneduh
sementara jiwa- jiwa manusia semakin mengering
seperti dedaun rebah lemah dipangkuan bumi
diantara retak bumi dedaun rawan terbakar
jika akhirnya terbakar semakin kerontanglah tanah- tanah merah beretakan
Seperti cintaku, berserakan merebah tak mampu berdiri
hanya mampu bergerak saat angin dan air membandang menghanyut.
Aku tinggal meratapi kehidupan sia- sia berandai menjadi daun kering tidak berguna
apalagi mengharap cinta darimu yang menyengat seperkasa matahari
mimpi dedaunan kering dalam suara- suara repih sang pengkhayal.
Daun- daun kering hanya akan menjadi onggokan sampah
siap- siap terbakar dan akhirnya menjadi abu- meresap merangkak dalam pori pori tanah
dedaunan kering tidak pernah tahu bagaimana cahaya, cuaca mampu mengubah nasib.
pada manusia kreatif mungkin aku bisa menjadi hiasan dengan merangkai tiap tiap lembar daun
tetapi sebagian dariku tetap hanya akan menjadi bagian dari debu dan abu.
Jika mampu bersuara tetap saja kalah gemuruh dari angin
dan kalah lantang dari jangkrik yang bingung bersembunyi diantara pori- pori bumi
apalagi suara tongkeret yang merdu saat senja tiba hilang
ditelan kemarau panjang yang menerbangkan dedaunan.
Jika mampu bersuara apakah aku mampu bersaksi jujur
di persidangan negara yang tengah menikmati sengketa
yang tidak berakal.
Dan hakim akan berkata apalah artimu daun - daun kering
Suaramu tak akan mengubah apapun
yang terjadi manusia hanya semakin redup oleh kegilaan -- kegilaan konyol yang diperlihatkan.
Kau dedaunan kering tahu apa tentang rimba raya hukum.
Aku mencintaimu ibu pertiwiku tetapi rasanya dedaunan kering hanya berguna kelak di kemudian hari.
Jakarta, 22 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H