Apa sih menariknya Jakarta, yang buang sampah saja mesti bayar, yang untuk mendapatkan fasilitas wah harus bisa berlagak orang kaya. Padahal mobil saja sewaan dan pavilion dan rumah mewah mesti googling untuk mendapatkan diskon paling murah.
Jangan cepat percaya dengan tampang klimis ginuk ginuk di media sosial, apalagi wajah mulusnya. Bisa jadi hanya aplikasi gratis di gadget untuk membuat seolah - olah bertampang borjuis dan berlagak selebritas. Ternyata hanya penjaga warnet aplusan.
Punya Modal Apa anda Ke Jakarta?
Telunjuk gue tuh sakti banget. Tinggal tunjuk dan ngacung saja, mau mobil atau sepeda motor semua nurut. Brenti atau jalan  ikut, telunjuk gue,"Kata Pak Ogah di ujung sebuah perumahan di selatan Jakarta. (kolom Kompas Minggu, 16 Juni 2019, Kata Kota "Jakarta Tak Menarik Lagi" oleh Agus Hermawan)
Jakarta memang sudah terbuka untuk pendatang. Suka- suka anda datang dan mengadu nasib, tapi jika setiap hari njenengan nangis pengin pulang, berarti anda tidak bakat menjadi orang Njakarta.Â
Kalau Saya sih baru 20 tahun meskipun malu- malu kadang- kadang saya juga sering memasang tampang serem, maksudnya agar mereka yang datang setiap tahun datang ke Jakarta mikir... tidak semua anak desa dan daerah berbondong- bondong memenuhi Jakarta. Yang sudah tinggal di Jakarta saja sedang mikir untuk balik ke kampung suatu ketika.Nderek Langkung Nyuwun pamit. Salam Damai Selalu.
Ide tulisan ini muncul ketika membaca kolom Kompas Minggu, 16 Juni 2019, Kata Kota "Jakarta Tak Menarik Lagi" oleh Agus Hermawan