Listrik mahal, PAM mahal, transportasi mahal, masih harus misuh- misuh ketika mobil disenggol motor di sebuah jalan sempit perkampungan padat(penjaringan, Pedongkelan, Kalideres, Kapuk, Warakas).
Kalau masih alim mending njenengan mikir untuk membatalkan niat ke Jakarta. Apakah anda  mau menambah jumlah pencoleng, jambret, copet dan orang- orang tidak tahu malu yang pura- pura miskin dengan menjadi pengemis. Anda pasti ngakak lihat pengemis gemuk jalan- jalan di sepanjangan gelaran kaki lima. Wong gemuk sehat kok ngemis, la yang kurus ceking mau jadi apa?
Ke Jakarta Setelah Lebaran?
Kalau setelah lebaran anda niat ke Jakarta jangan hanya karena ajakan teman anda yang dipikirkan, tetapi lihat ke depannya. Jika setiap hari jalan tidak pernah sepi pengendara motor, mobil atau sekedar memanfaatkan moda trasportasi online itu mungkin kamuflase. Lihat saja sampai di kontrakan atau kost- kost -- an mereka itu sebetulnya sedang menangis.Â
Mereka sedang berhitung dengan waktu. Bisa makan setiap hari saja sudah bagus. Memang benar ke Jakarta itu modalnya tidak malu, ndableg dan pasang muka seram, tetapi Jakarta dengan pendapatan pas- pasan hanya membuat anda sakit liver, ginjal dan jantung. Sepanjang hari harus menahan rasa, serik, dendam karena melihat betapa susah benar mengatur orang Jakarta yang banyak maunya. Bagaimana tidak serik dan marah jika banyak orang pesta gila- gilaan di dekat gubuk- gubuk liar.Â
Pada permukiman mewah di dalam komplek mereka bisa pesta sbu dan mabuk anggur, tetapi sebalik tembok orang- orang masih mengais sampah plastik masih layak pakai untuk dijual ke pengepul yang menghargai barang "Ora mbejaji"(tidak layak). Tetapi apaboleh buat uang memang harus dicari meskipun harus menggadaikan urat malu. Mending jangan gengsi deh kalau ingin bisa bertahan lama di Jakarta.
Jika anda ingin nostalgia maka sekali- kali berpapasan dengan kotoran manusia atau kotoran lain, tentunya saat musim banjir tiba. Kalau genangan di sawah bisa untuk menyuburkan tanaman di Jakarta itu trauma genangan, apalagi genangannya seatap rumah di gang Petogogan Jakarta Selatan.
Jakarta, Itu Bukan pilihan utama lagi lho Mas, Bro, sis, Mbak. Mending ke Kalimantan saja atau ke pulau lain. Ya kalau Jakarta nanti masih ibu kota, kalau sudah pensiun jadi Ibu Kota Negara, apa bangganya tinggal di Jakarta.Â
Saya malah iri dengan kehidupan desa yang masih guyup tidak mudah terprovokasi oleh era post truth yang njelehi(membosankan). Kalau hanya bisa main game online dan main WA kenapa harus ke Jakarta.Â
Di daerah juga sudah gampang. Mau ngojek di daerah njenengan malah lowongannya masih banyak, Njenengan masih bisa ronda malam dan nonton Jantilan sambil tebar pesona.