Sebetulnya keluhan- keluhan saya itu hanya ingin melecut diri saja. Kalau umur boleh dibilang sudah cukup senior tapi pengalaman menulis dan jam terbang terus selalu ditambah. Yang belum cukup adalah membangun ciri khas yang bisa ditandai.
Khrisna Pabichara. Saya menilai ia adalah salah satu penulis yang selalu berada di level tinggi. Bahasanya yahud dan enak. Pantaslah ia mempunyai teman -- teman setingkat Seno Gumira Ajidarma, Iwan Kurniawan, dan Bambang Trims. Ia sudah memilih menulis sebagai pekerjaan utamanya. Sudah menulis buku yang mampu membranding namanya masuk dalam jajaran satrawan dan penulis Indonesia ternama.
Untuk menjadi penulis harus total, itu yang belum bisa saya lakukan. Saya baru mencoba konsisten menulis dan belumlah apa- apa dibandingkan anda yang dengan gagah berani bertahan dan professional memilih penulis, pengarang sebagai topangan hidup.
Saya mesti menulis sekitar 30 artikel bertema seni budaya untuk bisa paling tidak menggenggam point dan masuk dalam list Kompasiana penerima reward bulanan. Tapi sebetulnya bukan karena reward lalu rajin menulis, yang terpenting tentu menjaga konsistensi menulis. Uang dan keberuntungan akan mengikuti dari belakang. Kalaupun akhirnya gagal mewujudkan cita- cita untuk menjadi penulis profesional, paling tidak ada semangat besar untuk selalu belajar dan terus belajar. Terus berkarya karena sekecil apapun gagasan menulis yang pernah dishare ke pembaca tetap akan menjadi bagian sejarah hidup yang susah dilupakan.