Buku J. K. Rowling itu memberi sentuhan bathin luar biasa. Pada siapapun yang ingin menjadi orang yang berhasil sukses dalam bidang apapun, kegagalan itu bukanlah momok yang menakutkan. Malah dari kegagalan seorang penulis, pengarang bisa banyak belajar.Â
Mencari trik baru, mencari terobosan bagaimana agar tulisan mampu memikat pembaca. Kalaupun tidak semoncer mereka yang bisa hidup sukses sebagai pengarang spirit pantang menyerah itu bisa memberi motivasi untuk terus menumbuhkan asa, mungkin suatu saat giliran kita memperoleh keberuntungan tentu dengan usaha keras mewujudkan mimpi tersebut.
Saya menemukan buku itu di perpustakaan sekolah dengan sampul buku berwarna putih dengan sentuhan tipografi sederhana saja. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2018 merupakan buku yang luar biasa. Kunci pidato dari pengarang yang pernah menyabet penghargaan OBE karena jasanya bagi sastra anak-anak, Legion d'honneur dari Perancis dan Hans Christian Anderson Award.
J. K. Rowling secara jujur mengaku pernah gagal dalam menjalin kehidupan rumah tangga, gagal berkali-kali meyakinkan penerbit untuk menerbitkan karyanya yang waktu itu susah diterima pasar. J. K. Rowling juga mengajarkan bahwa manusia memang akan selalu menghadapi cobaan hidup.Â
Cerita- cerita Rowling membuat asa saya terus berkembang untuk tidak takut bermimpi. Betapa manusia hanya berusaha tapi jalan memang penuh liku. Yang kaya rayapun tidak bisa menghindar dari pengalaman gagal.
Pemimpin Perlu Belajar menyikapi Kegagalan
Seharusnya politisi, calon pemimpin harus dibekali spirit untuk tidak takut gagal, karena kegagalan bukan akhir segala-galanya. Dalam hidup bukan hanya kegemilangan menjadi seorang pemimpin. Yang pernah gagal pun bisa menjadi inspirasi untuk menjadi guru yang bijaksana, dewasa dalam memandang hidup.Â
Untuk menjadi motivator dan inpirator tidak harus menjadi pimpinan puncak pemerintahan. Bisa jadi ia menjadi spirit luar biasa bagi banyak orang ketika orang itu mampu menunjukkan ketegarannya dalam menyikapi kegagalan demi kegagalan hidupnya. Ketokohan seseorang bukan diukur dari pangkatnya yang tinggi tetapi dari perilakunya yang membuat masyarakat hormat. Salam Literasi.
They can think themselves into other people place.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H