Dengan kebencian yang membuncah kekesalan dan kemarahan yang sudah sampai ubun- ubun manusia bisa lupa siapa dirinya. Seakan muncul kekuatan luar biasa yang menyebabkan nafsu iblis hadir secara tidak sadar. Salah satu adalah benda modern yang menjadi pemicunya adalah HP. HP bisa menjadi biang keonaran, biang kebencian yang membuncah dan lahirnya manusia pemarah.
Penampilan Kalem Belum Tentu Alim
Sepanjang hari manusia disuguhi penampilan-penampilan kalem dan menawan. Kecantikan terpancar dan kadang tidak menyangka, baju yang terbalut rapat serta religius bisa memunculkan gegegak kemarahan yang membuat geleng- geleng kepala.
Tidak usah jauh- jauh anda yang sering mengutuk dan mengkritik "ada yang yang berperilaku keji seperti itu" bisa saja menyimpan energi besar ketika marah sampai benda di depan anda menjadi puing- puing". Kemarahan, kebringasan itu bukan hanya milik laki- laki. Perempuan yang sejak kecil terbiasa dalam tekanan, jarang  bergaul di luar komunitasnya dan terkesan gaulpun bisa mempunyai kelainan perilaku yang tidak dinyana- nyana.
Bisa jadi adalah penyakit bawaan, atau karena tekanan psikologi, kesal berlarut- larut, cemburu, protektif menghadapi orang yang slengekan susah diatur dan cuek. Kemarahan menjadi semacam magma yang akan meledak dan meletus tiba- tiba bila ada peristiwa yang membuat dirinya merasa tertindas dan dalam tekanan hebat.
Di sekitar manusia. Dalam ribuan, bahkan jutaan karakter. Kecantikan, lemah lembut, wajah sendu belum jaminan perilakunya lembut. Bisa jadi ketika kenal dekat menjadi tahu bahwa ada tingkah mengagetkan yang diluar nalar kita sebagai sehabat, teman atau saudara.
Sadis karena Ada Pemicunya
Ketika muncul perundungan, penyiksaan, mutilasi, perilaku sadis bisa terjadi di lingkungan. Pada keluarga suami yang kurang perhatian terlalu sering main HP, sibuk dengan hobi dan sering keluar entah main judi atau hanya sekedar kongkow- kongkow bisa jadi membuat perempuan naik pitam dan berbuat nekat, mengobrak- abrik rumah atau melukai suami saking kesal atas kelakuan suami.
Pelecehan bisa saja terjadi antar wanita, karena jika sudah menyimpan kebencian dan kemarahan tenaga mereka bisa berlipat ganda dan logikanya tentu kalah oleh emosi yang meluap - luap. Kisah Audrey bisa terjadi karena ABG- ABG labil yang sedang mencari identitas itu ingin melampiaskan kekesalan dan akhirnya ketika muncul korban mereka melampiaskan sikap bar- bar yang emmang ada dalam diri setiap manusia saat kalut dan marah.
Kemarahan adalah kita, dendam itu manusiawi dalam keadaan terpaksa dan kepepet apa saja bisa dilakukan manusia, termasuk berperilaku sadis. Tentu kontrol emosi susah dikendalikan karena otak lebih didominasi oleh bayangan- bayangan kelam dan bisa jadi cerita-cerita keji, seram, menakutkan itu muncul di alam bawah sadar.
Kontrol Emosi dengan Menulis
Kemarahan itu bisa membuat gelap mata, yang baikpun akan berubah biadab. Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi orang dengan temperamen (luar biasa tersebut). Saya kira ketika ada kemarahan dari satu pihak yang lain harus menahan diri. Kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan. Kelemahlembutan, perhatian dan kesabaran menghadapi puncak- puncak emosi manusia itulah kuncinya.
Kadang memang geram melihat perilaku kasar yang muncul dari orang terdekat tetapi tidak elok juga menghakimi orang- orang yang mempunyai pembawaan marah- marah dan gampang naik pitam lalu menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya. Bagi saya menghadapi orang seperti itu harus mengambil jurus ekstra sabar. Setelah kemarahan reda, secara pelan melakukan pendekatan. Dengan pancaran mata teduh, dengan tidak menunjukkan sikap kesal dan mengalah demi kebaikan.
Saya sering menulis tentang emosi karena bagi saya emosi itu dimiliki oleh semua orang. Sayapun sering marah, sering kesal dan sering capek dengan penerimaan orang- orang di sekitar saya. Tapi saya mempunyai solusi sendiri mengendalikan kemarahan. Saat marah saya akan menulis, apa saja, tidak peduli bahasanya bagus atau tidak yang penting menulis. Saya akan menumpahkan kekesalan dengan menulis.
Bisa jadi kata- kata amat kasar, penuh letupan emosi tetapi secara pelan emosi terkendali dan akhirnya gejolak dalam diri saya reda. Dari situ saya akhirnya mengolah lagi, membaca lagi, luapan emosi dalam bentuk tulisan itu. Saya tahu ketika marah logika tidak berjalan. Detak  jantung yang cepat, deru nafas yang tersengal- sengal membuat raut mukapun menjadi memerah darah. Tulisan amburadul, berantakan.
Maka ketika seorang penulis bisa menceritakan suasana hatinya maka, kontrol jiwanya sudah dikuasai. Penulis bisa merasakan getar- getar marah itu dari susunan kata- kata yang muncul. Jadi pada para perundung Audrey anda sekalian mungkin sedang dalam keadaan kesal, marah yang membuncah sehingga logika anda tidak terkontrol. Jika empati anda jalan tentu tidak akan terjadi pelecehan terhadap sesama perempuan.
Anda sebagai perempuan pasti peka bagaimana rasanya kehilangan keperawanan, apalagi dengan cara menjijikkan, entah diperkosa atau hanya sekedar dilecehkan. Bayngkan saja yang dirundung.Tentu anda akan muncul rasa miris. Sebab sekali terkena trauma susah bagi wanita untuk menghilangkan memorinya dalam otaknya. Sewaktu- waktu trauma ada peristiwa buruk itu akan muncul dan terus menghantui hidup anda. Bisa jadi Audrey pun akan beringas dan dengan kekesalan memuncak bisa muncul pelampiasan dendam entah kapan.
Perundungan Merugikan Diri Sendiri
Jadi dengan segala hormat, hentikan  perundungan. Anda masih punya masa depan. Yang bisa dilakukan tentunya harus minta maaf atas kekhilafan, atas pelecehan yang terjadi karena kontrol emosi yang lemah. Itu bisa terjadi pada semua perempuan yang mengalami trauma masa lalu dan cerita masa kecil yang kurang bahagia.
Menyesal atas kelakukan  biadab dan tidak akan mengulangi lagi. Masalah hukum itu resiko anda karena telah melakukan kelalaian. Semoga tidak dipolitisir atau ditarik ke isu ras, agama. Karena kemarahan  bisa terjadi pada siapa saja, entah yang rajin berdoa atau tidak. Jadi anda netizen harus bijaksana dalam bersikap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H