Masyarakat yang dinamis ternyata mudah lupa dengan tragedi masa lalu. Sosok pelanggar itu bisa tiba- tiba menjadi populer karena situasi dan kondisi membuat dia bisa merebut simpati rakyat.Â
Hal itu tergambar dengan nyata di Indonesia. Ketika mereka bosan dengan sosok yang otoriter mereka segera terpincut dengan sosok humanis, sederhana dan merakyat, tapi ketika muncul situasi buruk terutama krisis  ekonomi, barang- barang cenderung mahal dan pengangguran merebak segera masyarakat mengubah pandangan termakan oleh isu, berita picisan hoaks apalagi ditambah tokoh ulama ikut- ikutan menvonis dan memprovokasi untuk melawan kekuasaan.
Menulis  Untuk Membangun Kualitas Diri
Terlalu asyik menulis artikel populer membuat saya merasa harus kembali meneliti kata- demi kata apakah tulisan itu bermanfaat atau hanya sekedar sensasi.Â
Boleh jadi saya lebih terkenal, lebih populer tetapi ruang bathin saya seperti tercekat karena saya menulis bukan karena usaha menginspirasi tetapi sekedar ikut arus.Â
Banyak konflik kepentingan tetapi untuk tetap eksis kadang saya memang harus mengorbankan idealism untuk tetapi bisa eksis dalam dunia kepenulisan.
 Untuk tulisan ini saya dedikasikan untuk sebuah kritik terhadap diri sendiri bahwa saya harus dalam jalur menularkan pengetahuan tanpa mengorbankan idealisme.Â
Saya sebetulnya lebih suka menulis seni budaya yang cenderung sepi pembaca daripada politik yang hingar bingar tetapi hanya mempunyai kecenderungan menambah gaduh republik ini.Â
Saya berharap ada politisi yang berhasil mengubah pandangan saat ini yang cenderung negatif terhadap sepak terjang politisi yang lebih mengabdi pada kekuasaan, kepentingan daripada idealisme pengabdian dengan tujuan melayani secara tulus. Adakah sosok politisi yang tulus saat ini? Sangat langka!
Jadi alangkah baiknya tidak terlambat untuk kembali memperkuat akar budaya masyarakat agar tidak terjebak dalam arus budaya global yang mengaburkan kekuatan budaya bangsa.Â
Tentunya Indonesia tidak ingin hancur seperti negara Afganistan. Pakistan, Irak, Syria yang selalu konflik akibat konflik etnik dan agama. Kekuatan budaya akan mengurangi sel- sel teroris dan radikalisme yang sangat menakutkan.Â