tidak peduli nyamuk menyesap darah, tapi aku bisa bermimpi indah
Selalu rindu menjadi penyair
Sayang pada akhirnya aku hanyalah pengecer kata
yang tidak tahu sebenarnya istilah sastra
kini aku telah tersedot pusaran hoax
dari perang kata antar kampret dan kecebong
Puisi  kini benar- benar menderita
karena caci maki telah melenyapkan keagungan sastra
mimpi menjadi penyair hanyalah impian sepotong kertas di sela- sela lembaran buku.
Jakarta. 29 Maret 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!