Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bodo Amat, Saya Tetap Menulis!

15 Maret 2019   13:47 Diperbarui: 16 Maret 2019   21:39 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih berisiko lagi jika memilih berseberangan dengan pendapat umum. Pembaca, netizen, masyarakat media sosial akan lebih sadis membantai meskipun mereka sebetulnya hanya membaca sekilas dan bahkan hanya membaca judulnya sudah bereaksi.

Menulis Butuh Tekad Kuat dan Konsistensi

Menulis itu perlu tekad kuat, perlu konsistensi dan kesabaran untuk memetik hasil. Untuk bisa sukses seorang penulis barangkali hanya membutuhkan beberapa bulan saja tetapi bisa saja setahun dua tahun dan sepuluh tahun lebih baru merasa yakin terhadap kemampuannya dalam menulis.

Ada penulis yang sigap dan tanggap terhadap perubahan, ada yang mengalir saja, mengikuti alur hidupnya. Ia tidak mentargetkan untuk sukses menulis, karena hobi maka seberapun hasilnya disyukuri saja.

Banyak kisah -- kisah hidup tentang penulis yang amat tragis bahkan berakhir sedih, tetapi banyak penulis sukses yang hidup seperti selebritis dan bergelimang harta karena kemampuannya dalam menulis. Membayangkan menulis akan memanggul pundi -- pundi uang tentu saja akan gampang kecewa, jika tidak bisa memenuhi target menjadi penulis besar.

Seorang penulis yang serius lebih merasa masa bodo apakah tulisannya dibaca banyak orang atau hanya sekedar menjadi bungkus makanan. Baginya menulis adalah menulis, menuangkan pikiran, menuangkan gagasan dan menginspirasi banyak orang dengan merangkai huruf demi huruf.

Pramoedya Ananta Toer, salah satu penulis yang tidak peduli apakah tulisannya membuat panas penguasa lalu diburu dan akhirnya dijebloskan dalam penjara dengan tuduhan makar, tahanan politik terindikasi komunis.

Pramoedya kenyang menghadapi kesengsaraan dan tetap menulis meskipun dalam penjara. Karena nuraninya tetap harus menyuarakan kebenaran maka apapun resikonya sudah menjadi konsekuensi masa bodo dengan segala kesengsaraan dan intimidasi dari penguasa. Menulis sudah menjadi darah dagingnya. Tidak menulis berarti menunggu kematian mendekat lebih cepat.

Penulis yang berakhir dengan kehidupan tragis adalah Ernest Hemingway. Sudah diketahui umum bahwa pemenang nobel (1954)ini harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri 2 Juli 1961. Tulisan- tulisan Ernest sangat menginspirasi terutama salah satu karyanya yang melegenda yaitu The Old Man and The Sea.

Sikap "Bodo Amat" untuk Meneguhkan Pilihan

Kisah- kisah penulis itu memberi banyak dorongan pada saya untuk berpikir masa bodo dengan teman- teman yang tidak suka menulis, saya tetap akan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun