Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gagal Tangga Sukses Menulis

28 Februari 2019   14:15 Diperbarui: 28 Februari 2019   14:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbulan -- bulan , bertahun -- tahun rutin menulis, ribuan bahkan jutaan kata terangkai dan ternyata apa yang kita tulis belum bisa disebut sukses bahkan sepi pembaca apakah ada perasaan gagal dan frustrasi ? Saya pernah merasakan situasi seperti itu. Sudah berusaha maksimal dan memakai banyak cara terutama memancing artikel dengan mengambil sedikit kata -- kata  mutiara dari penulis terkenal tetap saja ada perasaan aneh merambat. Respon pembaca tidak sebanding dengan usaha mati -- matian penulis menghadirkan tulisan berkualitas.

Saya pernah merasa gagal ketika tulisan  hanya mendapat respon pembaca sangat sedikit.  Merasa sudah berjuang sekuat tenaga agar tulisan bisa menginspirasi tapi tanggapan tetap saja sepi. Lalu apa yang harus saya lakukan. Masa bodoh yang penting saya menulis ( itu kata- kata rasa putus asa sebetulnya).

Menulis Sebagai Ujian Kesabaran

Menulis bagaimanapun adalah ujian kesabaran. Dengan konsisten menulis maka tidak terasa seorang penulis belajar sabar menanti karya diapresiasi publik. Terkadang apa yang dibayangkan tidak sesuai ekspektasi. Sudah membayangkan artikel akan booming ternyata sepi. Kadang merasa frustrasi ketika tidak ada tanggapan terhadap artikel- artikel yang  tayang di platform blog semacam Kompasiana. Dan dari situ merasa gagal menghasilkan karya berkualitas. Ada semangat yang redup, ogah- ogahan merasa gagal mencapai target yang diinginkan.

Bolehlah dikatakan merasa gagal itu mengakibatkan  writer - block. Sebelum "keterusan" bosan dan merasa gagal ada baiknya seorang penulis perlu jalan -- jalan. Saya sendiri pernah merasakan ketika suatu saat tiba- tiba tidak ingin melihat apapun platform blog yang sebelumnya rutin dilirik, dibuka, dijelajahi artikelnya dan dibaca tentunya. Saya merasa waktu itu ada perasaan gagal sebagai penulis. Ratusan artikel yang sudah ditulis  seperti sia -- sia karena level yang ingin dicapai tidak terengkuh.

Menulis itu pengendapan, permenungan dan pengejawantahan pemikiran. Saat ini saya merasa jika tidak menulis sehari saja rasanya gelisah. Kalau tidak menyentuh tuts laptop ada yang yang hilang dari rutinitas harian. Ternyata sudah ada sambung rasa antara jemari, otak dan keinginan menulis.

Kegagalan menikmati asyiknya menulis telah membuat terjun bebasnya kreatifitas dalam menulis. Ada kepedihan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata- kata, ada perasaan kosong bila tidak menulis barang sehari dua hari saja.

Kegagalan itu tahapan awal meraih Kesuksesan

Kegagalan bukan berarti kiamat. Akhirnya saya harus pergi dulu ke perpustakaan, ke toko buku, mencari buku  yang bisa membangkitkan semangat untuk bisa menuangkan ide. Pada pajangan - pajangan buku di etalase saya perlu pengetahuan yang menginspirasi, mengikuti ruang lapang untuk berdiskusi. Mereka para penulis jujur mengungkapkan perasaan saat kehilangan gairah menulis. Ada beberapa faktor mengapa membaca atau pergi ke toko buku bisa  bisa manambah gairah dalam menulis:

 Melihat buku- buku yang tercetak unik dan indah lewat kaver yang memikat saya merasa penasaran buku - buku yang terpajang itu tentu buah tangan para penulis yang berani nekat, berani ambil resiko dan tidak takut bayangan kegagalan. Melihat, membaca isi dari buku- buku atau katakanlah mencuri sekalimat dua kalimat kata  - kata inspiratif dalam buku tersebut membuat saya cepat -- cepat ingin membuka laptop, atau sekedar mengingat beberapa kata mujarab yang mampu mengembalikan gairah menulis.

Dalam baris -- baris kalimat  di buku sudah tercetak tulisan inspiratif yang siap menggoda saya untuk bangkit dan kembali menulis. Menulis itu sungguh menggairahkan dan bisa menjadi candu yang susah disingkirkan. Sementara banyak teman yang kebingungan mencari kata pembuka untuk mulai menulis, saya gelisah karena hasrat menulis itu terkendala oleh pekerjaan rutin yang harus  diprioritaskan sebelum kembali tenggelam dalam hasrat menulis yang menggelegak.

Ide itu bisa dijemput, bisa dipaksa hadir, bisa diundang datang. Beberapa bulan ini banyak kejadian bisa diolah menjadi tulisan terutama  dunia politik yang penuh dengan intrik, penuh kejutan, penuh kelucuan dan penuh kisah pilu. Ada drama, ada kisah yang menginspirasi dan yang sangat membuat tidak nyaman adalah emosi yang bisa tiba tiba muncul saat ada peristiwa memuakkan yang mengaduk- aduk emosi.

Nah, akan sangat menggairahkan jika tulisan -- tulisan yang sudah di tayangkan di Platform blog mendapat apresiasi tinggi, nangkring di tangga terpopuler, mendapat tanggapan positif  terutama kunjungan pembaca yang ditambah lagi mendapat hadiah manis dari admin untuk nangkring di Headline atau artikel utama. 

Tapi menyakitkan bila sudah susah payah memberi judul unik,bombastis dan aneh ternyata gagal merebut simpati pembaca, tidak dilirik admin dan kemudian tulisan itu lenyap karena ada kesalahan yang tidak bisa ditolerir redaksi atau admin hingga harus direlakan untuk di suspen atau diblok, ditolak penayangannya karena melanggar ketentuan.

Kegagalan itu bagian dari ujian seorang penulis. Kegagalan adalah proses penulis untuk memperbaiki diri, Introspeksi dan kemudian bangkit dari keterpurukan, belajar dari kesalahan. Kegagalan bukan sebuah ancaman  lebih sebagai sahabat yang bisa melambungkan penulis ke tempat yang lebih tinggi. Jadi mengapa harus takut  bila kegagalan adalah sebuah lompatan besar untuk meraih kesuksesan.

Belajar Sukses dari Penulis yang Pernah Gagal 

Sebelum mencapai tangga sukses. Penulis seperti J K Rowling , Stephen King, Paulo Cuelho, John Grisham dan banyak penulis lain telah mencecap kegagalan. Stephen King pernah gagal 30 kali karena ditolak penerbit. Hampir putus asa istri  Stephen King mencoba meyakinkan suaminya untuk tidak putus asa dan mengambil draft dan memperbaikinya kembali lalu dikirimkan lagi ke penerbit. 

Stephen King akhirnya sukses sebagai penulis. Kini sekitar 150 juta copy novelnya terjual. J K Rowling juga pernah mengalami   kegagalan setelah bercerai dengan suaminya dan akhirnya menjadi single parent .  J. K . Rowling lalu menemukan kesuksesan setelah pernah merasakan kegagalan. 

Kini karyanya sudah dinikmati jutaan orang dan novelnya laris manis, diterjemahkan dalam berbagai bahasa, bergelimang kekayaan dan menjadi dermawan. Hanya satu yang membuat mereka sukses karena mereka berani belajar dan bangkit dari kegagalan- kegagalan yang mereka alami.

Jika  takut gagal, berarti  juga takut untuk sukses, sebab tokoh dalam bidang apapun meraih kesuksesan setelah mengalami banyak tantangan termasuk kegagalan itu sendiri. Jadi jika sekali -- sekali anda merasa gagal saat menulis,  barangkali anda perlu bersyukur karena  diberi kesempatan untuk belajar dan tentu dengan kegagalan  bisa belajar banyak hal untuk mencari jalan terbaik untuk sukses. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun