Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Testimoni Kebenaran Salah Satu Tugas Penulis

10 Februari 2019   12:23 Diperbarui: 10 Februari 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menyuarakan kebenaran adalah taktik seorang penulis .mendengarkan nurani salah satunya (netralnews.com)

Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekas lawan kas tegese kas nyantosani setya budya pangekese dur angkara (ilmu itu diraih dengan cara menghayati dalam setiap perbuatan, dimulai dengan kemauan, membangun kesejahteraan terhadap sesama, kesadaran budi dengan menaklukkan semua angkara.Serat Wedhatama. Pupuh III:pucung bait ke - 1)*

Suatu ketika di zaman manusia terjadi pergeseran nilai, di mana banyak dari mereka meyakini kebenaran berdasarkan prevalensi politik dan arah ideologi, tugas penulis adalah menegakkan kebenaran dengan menulis berdasarkan data bukan hanya perasaan yang keluar spontan. 

Kebenaran itu pahit bahkan menderita. Ada banyak caci maki dan bahkan dijauhi sahabat gara- gara mempertahankan kebenaran. Tetapi kepahitan akan keyakinan dan kebenaran absolut itu akan berbuah manis jika penulis mampu mengubah sejarah dengan kiprahnya sebagai penulis yang mampu memberikan pencerahan kepada pembacanya.

Mendengarkan Suara Hati Nurani

Suara hati nurani menurut Romo Frans Magnis Suseno adalah tidak membenarkan kekecualian sama sekali. Dengan lain kata, hati nurani menyuarakan tuntunan mutlak untuk selalu memilih yang baik dan menolak yang buruk (dicuplik dari buku Iman dan Hati Nurani, karangan Frans Magnis Suseno SJ, hal 7) Selanjutnya menyimpulkan tulisan Dosen Filsafat di STFT Driyarkara Jakarta hati nurani selalu mendengarkan kejujuran dan tidak pernah tidak baik, tidak benar, tidak adil. 

Kebenaran itu bersifat mutlak tidak bisa ditawar-tawar lagi. Menjadi relevan menjawab tantangan sekarang di mana suara hati nurani kadang terabaikan karena terbutakan oleh keyakinan pilihan politik.

Era Post Truth seperti sekarang ini menjadi era berat bagi penulis yang mendasarkan kekuatan tulisannya pada suara hati nurani. Banyak penulis berkhianat dan lebih mengabdi pada kekuatan uang, kekuatan modal sehingga banyak penulis menulis berdasarkan pesanan, dan kebenaran yang hakiki disingkirkan demi segepok modal.

Adalah Pramoedya Ananta Toer yang seperti batu karang tetap keukeuh mempertahanan idealismenya dalam menulis. Karya- karyanya menjadi monumental karena suara bathinnya lebih kuat dari arus kegilaan zamannya. Bisa dibilang ia penulis waras di zaman gila. Tetapi banyak juga yang menganggap sebagai penulis gila karena tidak ikut arus zaman. Bisakah penulis membuat testimoni kebenaran?

Tugas Berat Menyuarakan Kebenaran

Pertanyaan itu sungguh berat dijawab oleh penulis, pengarang. Di Kompasiana saya yakin banyak penulis yang sudah berjuang untuk menegakkan kebenaran, mereka menulis spontan berdasarkan kata hati dan ungkapan spontan yang lahir dari jiwanya. Kebenaran yang bagaimana? Sebab kebenaran itu relatif! Menurut saya kebenaran hakiki itu adalah suara- suara yang muncul dari hati nurani, sebab sebagai orang yang suka menulis kata hati lebih jujur. 

Jika menulis berdasarkan pesanan seseorang akan berbeda jika menulis berdasarkan suara hati nurani. Maka ketika diminta jujur untuk mengemukakan pendapatnya tentang situasi sosial, budaya, politik sekarang ini hendaknya penulis mampu memberikan testimoni berdasarkan kata hati nurani, bukan kepada kecenderungan arah politik.

Berat, tetapi bisa dilakukan. Mengimani kebenaran itu  sudah menjadi tugas tiap manusia yang beriman dan percaya pada keagungan Tuhan. Semua agama mengajarkan kebenaran, semua agama mengajarkan cinta kasih, jika dalam praktiknya banyak agama menjadi sumber konflik, perang dan penindasan siapa yang salah? Yang salah adalah orang yang menafsirkan ajaran berdasarkan ego pribadi. 

Penafsiran yang salah menyebabkan orang menjadi fanatik. Mempertahankan iman dengan menganggap yang lain salah dan hanya mereka yang benar itu sudah salah tafsir. Sebab kebenaran tiap orang berbeda tapi sebetulnya esensinya sama. Jika setiap agama mengamalkan ajaran cinta kasih, damai, toleransi dalam suasana yang tentram tentu tidak akan ada peperangan.

Ketika kebenaran hanyalah jargon milik pribadi tidak dibagi kepada sesama hanya digenggam erat untuk kepentingan agama, golongan dan kelompoknya maka yang terjadi adalah fanatisme sempit. Ia akan menjadi bibit radikalisme, bibit intoleransi yang merusak sendi- sendi kehidupan. 

Manusia itu makhluk sosial yang setiap saat berhubungan dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial toleransi, saling menghargai, saling respek dan saling menolong diperlukan agar manusia bisa lengkap dalam pemahaman sebagai makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.

Saat ini banyak orang meyakini kebenaran berdasarkan ras, kelompok dan afiliasi politik. Terjadi perang caci maki, perang opini, perang klaim kebenaran hanya masalah sudut pandang pribadi mengenai pemimpin yang ideal. Karena sudah yakin dan final untuk mendukung salah satu paslon maka banyak orang menjadi keblinger dalam memandang kebenaran. Yang benar bagi dia salah di mata yang lain, yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi dirinya. Lalu bagaimana penulis menempatkan diri menghadapi kebenaran yang diklaim tiap golongan dan kelompok manusia yang sedang mabuk politik tersebut?

Data dan Validitas salah satu Senjata Penulis

Tugas penulis adalah menulis fakta berdasarkan suara nurani dan berdasarkan data- data valid. Emosi jangan dibawa saat menulis karena ada kecenderungan berpihak. Kejernihan pikiran, luasnya pengetahuan, dan kejujuran nurani itu menjadi senjata untuk meredam ego pribadi yang berpotensi ikut arus pada tren pemihakan. 

Jika kemudian ada kecenderungan masuk dalam arus pemihakan setidaknya karena dasar nurani bukan pada loyalitas buta. Yang salah tetap salah meskipun yang dihadapi adalah idolanya. Benar dikatakan benar salah tetap dikatakan salah.

Sekarang banyak intelektual terbutakan diri hanya memuji diri sendiri tetapi jarang mau mengakui kelebihan orang lain. Apalagi politisi  obyektifitas, sportifitas kadang sengaja dikorbankan hanya demi untuk meraih kemenangan apapun caranya dilakukan. Kadang harus menabrak etika, menipu kejujuran melakukan langkah-langkah negatif dengan melakukan kampanye hitam untuk lawan politiknya. Agresif mengobral kekurangan lawan dan  selalu menebarkan berita bohong sehingga kebohongan itu diyakini sebagai kebenaran.

Siapapun Pemimpin yang Menyuarakan kebenaran didukung

Saya yakin penulis (Kompasiana) menulis berdasarkan suara hati nurani. Nilai - nilai inspiratif dari penulis telah membuat saya semakin yakin bahwa dengan menulis saya bisa andil dalam menyuarakan kebenaran. Mungkin hanya sedikit kontribusinya terhadap perkembangan bangunan kebudayaan serta perubahan mental dalam rangka mengkampanyekan revolusi mental. 

Siapapun pemimpin yang secara getol memperjuangkan kebenaran harus didukung. Hanya tentu pemimpin yang bermodal kejujuran, tidak disuport mereka yang selalu menebarkan cara - cara licik dengan menebarkan berita bohong dan selalu menyerang pribadi. 

Tugas penulis yang berat sebab ia mesti jujur pada diri sendiri untuk melangkah tanpa terbebani oleh arus dukung mendukung. Yang baik didukung yang salah diluruskan. Salam literasi.

*) dicuplik dari buku Pitutur Luhur Jawa Ajaran Hidup dalam Serat jawa karangan . Asti Musman penerbit Pustaka Jawi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun