Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Testimoni Kebenaran Salah Satu Tugas Penulis

10 Februari 2019   12:23 Diperbarui: 10 Februari 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menyuarakan kebenaran adalah taktik seorang penulis .mendengarkan nurani salah satunya (netralnews.com)

Berat, tetapi bisa dilakukan. Mengimani kebenaran itu  sudah menjadi tugas tiap manusia yang beriman dan percaya pada keagungan Tuhan. Semua agama mengajarkan kebenaran, semua agama mengajarkan cinta kasih, jika dalam praktiknya banyak agama menjadi sumber konflik, perang dan penindasan siapa yang salah? Yang salah adalah orang yang menafsirkan ajaran berdasarkan ego pribadi. 

Penafsiran yang salah menyebabkan orang menjadi fanatik. Mempertahankan iman dengan menganggap yang lain salah dan hanya mereka yang benar itu sudah salah tafsir. Sebab kebenaran tiap orang berbeda tapi sebetulnya esensinya sama. Jika setiap agama mengamalkan ajaran cinta kasih, damai, toleransi dalam suasana yang tentram tentu tidak akan ada peperangan.

Ketika kebenaran hanyalah jargon milik pribadi tidak dibagi kepada sesama hanya digenggam erat untuk kepentingan agama, golongan dan kelompoknya maka yang terjadi adalah fanatisme sempit. Ia akan menjadi bibit radikalisme, bibit intoleransi yang merusak sendi- sendi kehidupan. 

Manusia itu makhluk sosial yang setiap saat berhubungan dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial toleransi, saling menghargai, saling respek dan saling menolong diperlukan agar manusia bisa lengkap dalam pemahaman sebagai makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.

Saat ini banyak orang meyakini kebenaran berdasarkan ras, kelompok dan afiliasi politik. Terjadi perang caci maki, perang opini, perang klaim kebenaran hanya masalah sudut pandang pribadi mengenai pemimpin yang ideal. Karena sudah yakin dan final untuk mendukung salah satu paslon maka banyak orang menjadi keblinger dalam memandang kebenaran. Yang benar bagi dia salah di mata yang lain, yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi dirinya. Lalu bagaimana penulis menempatkan diri menghadapi kebenaran yang diklaim tiap golongan dan kelompok manusia yang sedang mabuk politik tersebut?

Data dan Validitas salah satu Senjata Penulis

Tugas penulis adalah menulis fakta berdasarkan suara nurani dan berdasarkan data- data valid. Emosi jangan dibawa saat menulis karena ada kecenderungan berpihak. Kejernihan pikiran, luasnya pengetahuan, dan kejujuran nurani itu menjadi senjata untuk meredam ego pribadi yang berpotensi ikut arus pada tren pemihakan. 

Jika kemudian ada kecenderungan masuk dalam arus pemihakan setidaknya karena dasar nurani bukan pada loyalitas buta. Yang salah tetap salah meskipun yang dihadapi adalah idolanya. Benar dikatakan benar salah tetap dikatakan salah.

Sekarang banyak intelektual terbutakan diri hanya memuji diri sendiri tetapi jarang mau mengakui kelebihan orang lain. Apalagi politisi  obyektifitas, sportifitas kadang sengaja dikorbankan hanya demi untuk meraih kemenangan apapun caranya dilakukan. Kadang harus menabrak etika, menipu kejujuran melakukan langkah-langkah negatif dengan melakukan kampanye hitam untuk lawan politiknya. Agresif mengobral kekurangan lawan dan  selalu menebarkan berita bohong sehingga kebohongan itu diyakini sebagai kebenaran.

Siapapun Pemimpin yang Menyuarakan kebenaran didukung

Saya yakin penulis (Kompasiana) menulis berdasarkan suara hati nurani. Nilai - nilai inspiratif dari penulis telah membuat saya semakin yakin bahwa dengan menulis saya bisa andil dalam menyuarakan kebenaran. Mungkin hanya sedikit kontribusinya terhadap perkembangan bangunan kebudayaan serta perubahan mental dalam rangka mengkampanyekan revolusi mental. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun