Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi dan Polemik "Propaganda Rusia"

6 Februari 2019   10:28 Diperbarui: 6 Februari 2019   13:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Vladimir Putin (tibunnews.com)

Fadli Zon bahkan tergopoh-gopoh chating dengan Duta Besar Rusia minta maaf atas ucapan presidennya. Padahal Fadli tentu hanya mendapat berita sepotong dan sudah dianggap sebagai informasi gamblang bahwa Jokowi menyerat negara Rusia dalam politik Indonesia.

Propaganda Rusia Menurut Maskirovka dari informasi Global News, mengacu pada taktik Russian Military Deception/The Russian Arti of Deception adalah penggabungan informasi (disinformasi), penipuan militer, kamuflasi dan menyaru (Tribunnews.com Senin 4 Februari 2019"Pidato Jokowi Terkait Propaganda Rusia..."). taktik ini biasa dalam taktik perang negara-negara di manapun.

Sejumlah netizen segera menggoreng polemik tentang Jokowi yang mengaitkan Rusia untuk menggambarkan betapa ruwetnya jagad politik Indonesia jika kampanye memakai hoaks, narasi kebencian untuk merebut suara rakyat.

Yang kebingungan tentu rakyat, terutama yang sudah terlanjur meyakini bahwa informasi di sosmed sebagai sebuah kebenaran. Mereka akan memberi tambahan menu supaya fakta yang sebenarnya tidaklah seperti yang tergambar dalam pikiran netizen menjadi lebih ngeri. Lalu akhirnya akan ada orang percaya Indonesia bisa bubar 2030.

Apa yang dilakukan Duterte, Jair Bolsonaro, Donald Trump menjadi acuan lawan Jokowi untuk memecah belah kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Semua fakta dijungkirbalikkan dan menganggap rakyat masih bisa dibodohi dengan narasi yang sengaja diulang-ulang dibuat menjadi viral dan akhirnya diakui sebagai kebenaran.

Jokowi tentu tidak bisa tinggal diam, masa ia hanya diam dijadikan sansak tinju kaum Salawi (Semua salah Jokowi). Ia harus menyerang, tidak diam seperti yang dilakukan selama empat tahun belakangan.

Rawe-rawe rantas malang-malang putung, Jokowi sudah menggelung lengan baju. Ia akan maju lebih agresif. Tapi tentu dengan perhitungan matang.

Bosan dengan diam maka Jokowi mantak aji, gumregah, tidak ingin menjadi pion yang menjadi sasaran dari menteri, kuda ,dan benteng. Ia bisa bergerak mematikan langkah menteng, mengganggu gerak kuda dan kemudian kokoh berdiri di takhta raja.

Jokowi bisa menjelaskan mengapa ia mengambil terminologi "Propaganda Rusia" bukan berarti mendiskreditkan Rusia tapi istilah itu memang hanya sebuah analogi. Lawan pun akhirnya terjebak untuk menunjukkan bahwa mereka benar menggunakan strategi dari Amerika untuk menggiring Indonesia pada chaos politik.

Untungnya masyarakat cerdas, mereka yang masih bisa menggunakan hati nurani jernih pasti mampu melihat calon pemimpinnya masa datang.

Memilih Berdasarkan Suara Hati Nurani
Saya sih bukan hendak membela Jokowi, saya hanya membela hati nurani. Dalam relung hati nurani saya hanya ingin memilih yang sudah bekerja bukan yang sedang mengkhayal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun