Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jokowi di Tengah Kaum Salawi

3 Februari 2019   13:15 Diperbarui: 3 Februari 2019   14:24 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto.redaksiindonesia.com

Pegawai negeri sejak dulu selalu diibaratkan sebagi priyayi. Ayah saya sering mendapat predikat Den Guru, atau mas Guru, kakek saya malah lebih elok Lagi Den Mantri (sebutan Kepala sekolah jaman Dulu( Orde Lama). Mungkin sudah tertanam seorang pemimpin itu lahir paling tidak dari keluarga dengan trah biru dengan sebutan raden atau lebih tinggi Kanjeng Pangeran...Itu cerita masa lalu. 

Sekarang ada filosofi  Jawa   yang mengatakan Jarak Mrajak Jati mati sebuah filosof yang mengatakan  bahwa yang mau kerja keraslah yang akan sukses dalam hidup, bukan priyayi yang terlena dalam gelarnya sebagai yang terpandang di mata masyarakat tetapi malas berusaha untuk memperbaiki kehidupan yang semakin keras dan perlu kerja keras untuk sukses. 

Yang terhormat sekarang adalah pedagang, pekerja keras, pengusaha yang memetik hasil kerjanya bukan mengandalkan gelar yang melekat dalam dirinya sejak lahir. Maka saya seperti tersentak mungkin saya terlena dengan latar belakang keluarga sebagai anak pegawai sekaligus berdarah biru yang akhirnya agak berleha- leha dengan sematan raden di depan nama hehehe...

Jokowi itu anomali. Ia adalah pekerja keras yang merangkak sampai ke puncak. Ia kini menjadi sasaran tembak berbagai pihak. Terutama dari orang orang yang nyaman dengan perilaku kolutifnya selama ini yang membuat ia bisa tetap kaya turun temurun. Banyak yang tidak nyaman dengan prinsip kerja, kerja dan kerja. Tentu butuh kerja keras untuk bisa bekerja dengan standar pegawai swasta yang padat oleh pekerjaan. 

Jokowi itu adalah orang swasta yang masuk dalam birokrasi. Ia memasukkan orang- orang pekerja keras seperti Ignatius Jonan, Sri Mulyani Indrawati, Susi Pudjiastuti .Profesional yang allout dalam bekerja. Kalau orang- orang partai yang masuk dalam kabinet , cukup tahulah jika kecewa dan kemudian dipecat karena kinerja tentunya ia akan mencari jalan lain dengan berubah haluan, mengritik karena orang partai itu seperti bunglon yang menclok sana menclok sini demi kepentingan yang menjadi prioritas utama.

Lahir kemudian kaum salawi. Semua salah Jokowi. Salah memvonis seseorang salahnya Jokowi, bahkan kecelakaan tunggal di jalan tol karena salahnya sendiri ujung- ujungnya itu salah Jokowi. Apapun pekerjaan Jokowi selalu salah di mata mereka. Mereka memang hidup dalam tempurung fanatisme. Menganggap Jokowi memang salah sejak awal. Lawan- lawan politiknya merasa sebal karena Jokowi telah merusak tatanan. 

Akhirnya saat ini ketika kontestasi Pilpres tengah berlangsung orang- orang berpaham Salawi akan selalu mencatat kesalahan- kesalahan Jokowi sampai sekecil- kecilnya. Kalau perlu melibatkan intelijen,  melibatkan pemandu sorak, tim cyber, tim hoax untuk merusak kredibilitas nama Jokowi. 

Itulah realita politik saat ini. Demi kemenangan politik kejujuran dikorbankan, logika dijungkirbalikkan, kebenaran disingkirkan. Kejujuran di pinggirkan.  Memasang wajah tidak berdosa, membuat tulisan seolah -- olah logis dengan menarasikan keburukan- keburukan pemerintah yang tidak becus menyatukan banyak orang sehingga negara kondusif dan nyaman. 

Pegawai negeri diam - diam memihak pada mereka yang menjanjikan kenyamanan hadir lagi. "Kerja kok dibikin sulit, hidup kok dibikin susah, Kerja ya kerja tapi ya tidak perlu ngoyo" Kalau mengikuti ritme kerja Jokowi bisa stres.

Pemimpin itu pilihan. Jokowi itu pilihan, Prabowo, Sandi itu pilihan. Untuk samapi ke jenjang Letnan Jenderal Prabowo sudah melewati banyak cobaan dan ujian. Demikian Juga Sandiaga sampai bisa sukses menjadi pengusaha tajir. Saya yakin mereka semua mempunyai potensi, yang amat disayangkan adalah cara kampanye dari para pendukungnya yang membuat politik menjadi penuh sengkarut. 

Visi Prabowo itu bagus tetapi didukung oleh orang- orang dibelakang layar yang mempunyai ambisi tertentu yang bisa membelokkan visi dari Prabowo tersebut. Demikian Jokowi Orang- orang partai dan kelompok kepentingan juga mengepungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun