Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sunyi Sepi Trotoar Tanpa Pejalan Kaki

25 Januari 2019   13:22 Diperbarui: 25 Januari 2019   14:44 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar Nyaman di Daan Mogot amat nyaman sayang tidak banyak pejalan kaki memanfaatkannya. yang ada malah pedagang minuman Es Kopyor dan kadang dimanfaatkan anak untuk main bola (foto:megapolitan.kompas.com)

Tubuh bisa dilatih pelan- pelan, tetapi untuk memompa semangat  dan mental itu butuh waktu. Jalan kaki itu koordinasi otak dan rasa. Saat melakukan perjalanan dengan perasaan senang maka jalan kaki itu mengasyikkan. 

Dengan langkah terukur dan stabil otak tinggal  memerintahkan otot- otot di semua bagian tubuh untuk  memerintahkan kaki malangkah. Paru- paru menyesuaikan dengan ritme kaki dan jantungpun mengikuti dengan menyesuaikan dengan ritme kaki.

pejalan kaki seperti musafir yang merenungi dalam setiap tapak langkahnya penuh kesabaran. Memberi koordinasi otak, rasa dan mental untuk mencapai satu tujuan (pixabay.com)
pejalan kaki seperti musafir yang merenungi dalam setiap tapak langkahnya penuh kesabaran. Memberi koordinasi otak, rasa dan mental untuk mencapai satu tujuan (pixabay.com)
Saya merasakan ketika langkah  di kilometer 30 ketika tenaga sebetulnya sudah tidak menopang lagi yang membuat saya kuat tetap  berjalan adalah mental dan psikis. 

Kaki sudah teramat berat dan telapak sudah memerah tetapi masih ada 10 kilometer yang mesti ditempuh. Langkah kaki masih stabil , keringat malah hampir kering tetapi semuanya terasa berat. Hanya karena tekat sangat kuatlah yang membuat perjalanan terus melaju yaitu pada satu titik tujuan yaitu rumah.

Di saat perjalanan kadang muncul ketakutan, muncul perasaan cemas tapi semuanya hilang jika otak dan pikiran fokus untuk membayangkan rumah yang masih cukup jauh.

Trotoar yang Tidak Ramah Pada Pejalan Kaki
Jalan kaki itu pernah akrab dengan perjalanan hidup saya tetapi menghilang begitu tiba di Jakarta. Awal- awal saya masih suka ketika menyusur gang- gang di perkampungan padat penduduk tetapi sungguh malas jika harus menyusuri trotoar di Jalan Daan Mogot. Capek hati. 

Ingin sekali melakukan aktifitas yang menyehatkan itu. Mungkin saya harus bertanya pada diri sendiri dulu. Ayo budayakan jalan kaki, Kalau tidak dicoba jalan kaki, bagaimana bisa mengubah kebiasaan masyarakat kota yang lebih asyik mengendarai motor yang selalu memuntahkan racun kotor karbondioksida. 

Mending sunyi jalanan dan ramai pejalan kaki karena Jakarta menjadi lebih manusiawi daripada melihat banyak penglaju menggeber motor dan mobilnya tanpa mempedulikan keselamatan diri dan orang lain yang sama- sama menggunakan jalanan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun