Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Terlibat Kasus Hoaks, Bagaimana Kemampuan Literasinya?

13 Januari 2019   22:32 Diperbarui: 14 Januari 2019   09:41 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya akhirnya memilih IKIP dan   pendidikan seni rupa bayangan saya tidak harus menjadi guru bisa menjadi seniman lukis, atau berkecimpung dalam dunia yang bebas dan kreatif. Lagi lagi guru adalah pilihan terakhir dari berbagai macam profesi lain awal  mulanya karena keterpaksaan.

Guru Profesi Mengasyikkan
Tetapi setelah terjun dalam dunia pendidikan keasyikan muncul karena ternyata keinginan menambah pengetahuan tersalurkan. Meskipun agak dongkol dengan berbagai pekerjaan administrasi profesi guru itu membuat awet muda. Sebab selalu ada tantangan setiap hari menghadapi masalah baru.

Kembali ke masalah guru yang "nyambi" sebagai penebar informasi hoaks, bagaimana mempertanggungjawabkan sebuah profesi guru yang mulia itu jika harus mendowngrade diri sebagai agen penebar hoaks. Memprihatinkan jika banyak guru terlibat aktif dalam aktifitas informasi bohong.

Sejak kecil guru mengajarkan pendidikan karakter dan moral untuk tidak berbohong, jujur dan rendah hati. Guru selalu menasihati untuk bersikap hormat dan jujur dalam mengerjakan tugas. Fungsi guru sungguh sentral untuk memberikan keteladanan.

Kasus Memalukan oleh Oknum Guru
Kasus penyebaran hoaks tentang tujuh kontainer surat suara salah satu tersangkanya melibatkan guru SMP di sebuah sekolah swasta di Cilegon Banten. Sebelum kasus hangat ini hadir sudah beberapa kali kasus hoaks melibatkan guru terjadi. Sekitar februari 2018 lagi -- lagi guru di Banten terlibat dalam kasus penyebaran hoaks PKI. Ada juga oknum dosen yang juga terlibat dalam kasus hoaks terkait dengan peristiwa bom Surabaya.

Guru Melek Literasi
Dengan peristiwa hoaks yang melibatkan guru bisa disimpulkan bahwa budaya literasi di kalangan guru dan dosen masih rendah. Pemahaman undang- undang ITE penting bagi guru. Guru sekali lagi seperti sudah saya bahas budaya cek dan ricek harus menjadi kebiasaan. Media sosial saat ini memang beragam. Tidak semua informasi di media sosial itu akurat. 

Bisa jadi hanya berita bohong tetapi seperti nyata. Sebagai guru tidak boleh mudah percaya harus dicari alternatif informasi lain sehingga mendapat penyeimbang.Federasi Serikat Guru Indonesia(FSGI) mengharapkan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud menyarankan untuk memberikan pelatihan kepada guru dalam soal ketrampilan berpikir kritis Higher-Order Thinking Skill (HOTS)

Saatnya guru melek literasi , mampu berpikir kritis salah satunya dengan senang membaca dan didukung dengan kemampuan berpikir kritis menulis contohnya. Hoaks tidak lagi deh.

Kaum terdidik jangan bungkam menghadapi zaman Menghadapi absurditas, kepicikan, kesesatan berpikir intelektual termasuk guru harus mampu bersuara kritis. Bukan dengan menyebarkan hoaks yang menjadi ciri masyarakat rendah literasi.

Sumber referensi

Tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun