Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Terlibat Kasus Hoaks, Bagaimana Kemampuan Literasinya?

13 Januari 2019   22:32 Diperbarui: 14 Januari 2019   09:41 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minimnya literasi membuat guru mudah terpedaya oleh hoax(tribunnews.com)

Seorang guru sampai saat ini masih dipandang sebagai role model bagi muridnya. Tingkah laku guru menjadi cermin moral dan panutan pengetahuan murid-muridnya.

Sayangnya banyak guru sekarang sangat aktif di media sosial, punya grup di WA untuk per bidang studi atau kesamaan profesi tetapi bicaranya menyerempet- nyerempet tentang SARA, Fanatisme agama, radikalisme dan terlibat dalam politik praktis dengan ikut- ikutan membagikan informasi bohong.

Guru sebagai Agen Ilmu dan Perubahan
Jika guru mempunyai ide, pendapat atau pilihan politik bukannya lebih bagus disalurkan dengan menulis opini di media masa atau di media sosial. Guru pasti melek pengetahuan dan tahu membedakan yang buruk dan yang baik. Alangkah tidak elok hanya karena informasi viral guru "grusa-grusu" Membagikan informasi yang belum tentu benar. 

Bagaimanapun guru adalah salah satu sumber pengetahuan. Ia harus banyak membaca, banyak menyerap informasi. Informasi yang masuk dalam telinga tidak boleh ditelan mentah- mentah begitu saja. Harus dipikirkan logikanya apakah fakta ataukah hanya isapan jempol alias informasi palsu.

Sebagai Agen ilmu pengetahuan kemampuan menelaah, menganalisis dan mempertimbangkan informasi harus bisa dipertanggungjawabkan. Tentu bukan dengan bahasa emosi karena sudah terjebak dalam politik praktis, arus dukung mendukung. Jika benar dikatakan benar dan jika salah juga harus dikatakan salah. 

Akan sangat fatal jika seorang guru hanya membaca judul-judul artikel langsung bisa menyimpulkan isi dari artikel tersebut. Telaah kritis dan teliti harus menjadi sifat guru sejati sehingga ia bukan menjadi agen informasi bohong tetapi mampu meluruskan berita bohong itu.

Jika baru setengah-setengah mendapat informasi sebaiknya disimpan. Guru perlu melakukan perbandingan informasi sehingga yang masuk dalam pikiran dan pendengaran adalah informasi akurat.

Guru dan Calon Pemimpin Bangsa
Akan aneh jika ada oknum guru ditangkap aparat hanya karena menyebarkan informasi bohong, fitnah dan bahkan tendensius karena menyangkut kebencian pada salah satu paslon presiden. Guru bagaimanapun harus menempatkan diri sebagai intelektual yang mampu berpikir panjang apalagi ia berhadapan dengan calon pemimpin bangsa.

Sungguh berat beban guru. Tetapi sesungguhnya profesi guru itu mulia. Walaupun dulu jarang siswa berprestasi memilih pendidikan guru sebagai pilihan pertama. Mereka yang mempunyai prestasi gemilang di sekolah lebih memilih memilih dokter, insinyur, sarjana ekonomi atau bidang pendidikan yang basah dan menjanjikan masa depan cerah.

Kemampuan siswa kritis dan cerdas salah satunya karena kemampuan guru dalam membangkitkan semangat belajar dan berpikir kritis. Dan untuk mengurangi informasi fiktif membaca dan menulis sangat penting dibudayakan baik untuk siswa maupun guru( Dokumen pribadi)
Kemampuan siswa kritis dan cerdas salah satunya karena kemampuan guru dalam membangkitkan semangat belajar dan berpikir kritis. Dan untuk mengurangi informasi fiktif membaca dan menulis sangat penting dibudayakan baik untuk siswa maupun guru( Dokumen pribadi)
Jujur ketika dulu memilih kuliah di IKIP tidak terbayang bahwa saya akan bekerja dan mengabdi sebagai guru secara tulus dan berdedikasi. Guru itu kadang lebih dipilih karena kecelakaan,karena tidak ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan yang bisa diraih.

Posisi guru sampai saat relatif lebih aman, karena pendapatannya cukup kecil bila dibanding profesi lain semacam pengusaha, arsitek, pegawai bank , pegawai pajak, bea cukai atau artis.

Ketika saya akhirnya memilih IKIP dan   pendidikan seni rupa bayangan saya tidak harus menjadi guru bisa menjadi seniman lukis, atau berkecimpung dalam dunia yang bebas dan kreatif. Lagi lagi guru adalah pilihan terakhir dari berbagai macam profesi lain awal  mulanya karena keterpaksaan.

Guru Profesi Mengasyikkan
Tetapi setelah terjun dalam dunia pendidikan keasyikan muncul karena ternyata keinginan menambah pengetahuan tersalurkan. Meskipun agak dongkol dengan berbagai pekerjaan administrasi profesi guru itu membuat awet muda. Sebab selalu ada tantangan setiap hari menghadapi masalah baru.

Kembali ke masalah guru yang "nyambi" sebagai penebar informasi hoaks, bagaimana mempertanggungjawabkan sebuah profesi guru yang mulia itu jika harus mendowngrade diri sebagai agen penebar hoaks. Memprihatinkan jika banyak guru terlibat aktif dalam aktifitas informasi bohong.

Sejak kecil guru mengajarkan pendidikan karakter dan moral untuk tidak berbohong, jujur dan rendah hati. Guru selalu menasihati untuk bersikap hormat dan jujur dalam mengerjakan tugas. Fungsi guru sungguh sentral untuk memberikan keteladanan.

Kasus Memalukan oleh Oknum Guru
Kasus penyebaran hoaks tentang tujuh kontainer surat suara salah satu tersangkanya melibatkan guru SMP di sebuah sekolah swasta di Cilegon Banten. Sebelum kasus hangat ini hadir sudah beberapa kali kasus hoaks melibatkan guru terjadi. Sekitar februari 2018 lagi -- lagi guru di Banten terlibat dalam kasus penyebaran hoaks PKI. Ada juga oknum dosen yang juga terlibat dalam kasus hoaks terkait dengan peristiwa bom Surabaya.

Guru Melek Literasi
Dengan peristiwa hoaks yang melibatkan guru bisa disimpulkan bahwa budaya literasi di kalangan guru dan dosen masih rendah. Pemahaman undang- undang ITE penting bagi guru. Guru sekali lagi seperti sudah saya bahas budaya cek dan ricek harus menjadi kebiasaan. Media sosial saat ini memang beragam. Tidak semua informasi di media sosial itu akurat. 

Bisa jadi hanya berita bohong tetapi seperti nyata. Sebagai guru tidak boleh mudah percaya harus dicari alternatif informasi lain sehingga mendapat penyeimbang.Federasi Serikat Guru Indonesia(FSGI) mengharapkan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud menyarankan untuk memberikan pelatihan kepada guru dalam soal ketrampilan berpikir kritis Higher-Order Thinking Skill (HOTS)

Saatnya guru melek literasi , mampu berpikir kritis salah satunya dengan senang membaca dan didukung dengan kemampuan berpikir kritis menulis contohnya. Hoaks tidak lagi deh.

Kaum terdidik jangan bungkam menghadapi zaman Menghadapi absurditas, kepicikan, kesesatan berpikir intelektual termasuk guru harus mampu bersuara kritis. Bukan dengan menyebarkan hoaks yang menjadi ciri masyarakat rendah literasi.

Sumber referensi

Tribunnews.com

Kompas , Kolom Opini (Sabtu 12 Januari 2019. Ketika Kaum terdidik Memilih Bungkam:Albiner Siagian)

Koran Jawa Pos (minggu, 13 Januari 2019;Guru Mesti mendapat Pelatihan Literasi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun