Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi dan Intoleransi dalam Relasi Antar Agama

25 Desember 2018   13:32 Diperbarui: 25 Desember 2018   15:24 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Natal dalam suasana Toleransi antar agama ( liputan6.com)

Di sekolah kebetulan saya bekerja di sekolah berlabel Kristen. Dalam hal toleransi beragama menurut saya sudah cukup bagus. Yang Muslim mempunyai ruang Sholat khusus dan setiap Jumat pekerjaan dikosongkan untuk bisa melaksanakan Sholat Jumat. Selalu ada batas pembicaraan bila menyangkut agama. Saya setiap kali ketemu teman akan mengingatkan pas Jumat untuk melaksanakan ibadah Sholat Jumat yang wajib bagi mereka. Teman saya masih rajin puasa senin kamis dalam sekolah dengan mayoritas Kristen dan katholik.

Kadang saya menemukan kenyataan apa yang ada dalam desas desus media sosial berbanding jauh dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Ketika problem agama dan politik dibawa ke ranah perdebatan sengit di media sosial,  kenyataannya dalam kehidupan sehari- hari relasi antar agama, antar teman beda agama baik -- baik saja tidak ada masalah. 

Mertua saya beragama katolik, menjadi Ketua Posyandu yang mayoritas teman- temannya Muslim dan berkerudung. Teman- temannya rajin  mengikuti pengajian. Menurut Mertua,  Beliau malah lebih nyaman bergaul dengan teman- temannya yang Muslim. Sebab mereka bisa kompak untuk melayani dan bekerja sama secara tim. Jadi kadang ada gambaran hiperbolis dalam media sosial untuk mempertajam friksi antar pemeluk agama.

Introspeksi diri Penting untuk Menjaga Toleransi

Saya jadi harus introspeksi diri bahwa pergaulan sosial lebih memberi kenyamanan daripada relasi,  perbincangan di media sosial. Asal tidak menyinggung masalah agama kita bisa ngobrol santai tentang apa saja dalam suasana akrab.

Toleransi menuntut pengertian, cara menghormati individu, tidak ikut campur urusan orang lain dan membiarkan orang lain beraktifitas sesuai hak sebagai individu yang merdeka. Intoleransi itu sebaliknya sering ikut campur urusan orang lain, mengatur orang lain berdasarkan keyakinannya dan memaksakan orang lain untuk ikut pendapatnya.

Sebagai minoritas di antara mayoritas saya harus tahu diri dan mampu menempatkan diri untuk tidak bertidak eksklusif, membatasi pergaulan hanya sesama keyakinan. Malah seharusnya saya harus bergaul dengan mereka yang mempunyai pemahaman agama radikal. Sebab mereka mungkin menganggap minoritas terlalu membatasi diri, takut membangun relasi hanya karena baju yang dikenakan.

Jika mereka tidak paham dengan makna "Salib" misalnya seharusnya memang ada penjelasan persuasif agar mereka mengerti dan menghormati pilihan keyakinan dan tidak perlu takut ada intervensi, penyebaran agama atau semacam "kristenisasi" istilah yang dibawa oleh mereka yang cenderung intoleran.

Ajaran Gereja Tentang Toleransi 

Padahal dalam pemahaman Katolik sudah ada keputusan bersama dari hasil konsili yang menyatakan bahwa" siapa yang tanpa kesalahannya sendiri tidak mengenal injil Kristus  dan gereja -- Nya tetapi mencari Allah dengan hati yang jujur, dan berusaha melakukan kehendak (Allah) yang diketahui dari seruan hati di bawah pengaruh rahmat dapat memperoleh  keselamatan kekal. Penyelenggaraan Ilahi tidak menolak apa yang perlu untuk keselamatan  bagi mereka yang tanpa kesalahan  sendiri belum mencapai pengakuan eksplisit Allah, tetapi tidak tanpa rahmat Ilahi, berusaha untuk hidup lebih baik (Lumen Gentium 16 Sumber:Iman dan Keyakinan Gereja Berhadapan dengan Tantangan Zaman oleh Romo Franz Magnis Suseno SJ;penerbit Obor). Dalam Lumen Gentium hasil konsili Vatikan Katolik memperbaharui relasi antar agama sehingga terbuka untuk saling menghormati antar keyakinan dan  jika setiap agama mengajarkan kebaikan dan kejujuran pasti akan mendapat tempat di hadapan Allah tanpa kecuali.

Setiap Agama mempunyai sisi kelam dalam relasi antar agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun