Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dengan Seni Budaya, Agama adalah Suka Cita

3 November 2018   12:52 Diperbarui: 3 November 2018   13:14 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sedekah laut. dalam Tradisi Jawa adalah satu Sarana dan bentuk Suka Cita agama, mensyukuri Keagungan Tuhan dan menjaga alam semesta (beritagar.id)

wayang salah satu produk budaya yang memberi kesan agama adalah sukacita salah satu karya Sunan Kalijaga (Sumber gambar:dictio.id)
wayang salah satu produk budaya yang memberi kesan agama adalah sukacita salah satu karya Sunan Kalijaga (Sumber gambar:dictio.id)
Parahnya media sosial merespon buruknya relasi antar agama itu dijadikan ajang debat, perang komentar yang berbuntut ricuh dan memicu perpecahan umat. Sebegitu cepatnya informasi baik dari media mainstream maupun online merilis sebuah peristiwa menjadikan masyarakat yang aktif di media sosial menjadi cepat marah hanya karena perbedaan pandangan, perbedaan tafsir dalam wilayah kepercayaan. Perdebatan dan perang komentar lebih seru lagi karena berada di tahun rawan ketik calon-calon pemimpin sedang melakukan pencitraan utnuk emrebut suara masyarakat.

Tentu saja calon pemimpin harus pandai mengaduk emosi massa agar pada saat pencoblosan mempertimbangkan sosoknya sebagai pemimpin terpilih. Sayangnya tidak semua pemimpin mengerti bagaimana melakukan pendekatan dengan cara elegan. Ada yang memilih menebarkan hoaks, berita bohong, cara-cara illegal untuk menang.

Masyarakat yang Mudah Teraduk Emosinya 

Masyarakat Indonesia yang cenderung emosional, mudah terpikat oleh sosok pemimpin yang dipersepsikan gagah, cerdas pandai bicara dan gaya busana yang gamis apalagi mendapat dukungan pemuka agama akan lebih menjanjikan daripada sosok ndeso, plonga---plongo padahal kinerjanya nyata dan hasil kerjanya harusnya mendapat apresiasi positif karena meskipun belum sempurna tetapi sudah ada hasil nyata yang dirasakan masyarakat.

Masalah ada janji yang belum terpenuhi itu karena masyarakat berpikir instan pengin mempoleh hasil dengan jangka waktu cepat. Jika tidka bisa memnuhi ekspektasi masyarakat maka apapun usaha tetap jelek karena tidak menguntungkan sebagian orang.

Suka cita dalam beragama perlu agar wajah agama menjadi cerah dan dialog positif akan lebih mudah dilakukan. Suka cita beragama itu lebih mudah diwujudkan dengan pendekatan seni budaya. Merunut sejarahnya "agama budaya itu begitu lengket "(Amin Abdullah Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta) lalu ia melanjutkan "mengapa sekarang diutak atik?"

Kembalikan Sukacita agama Lewat Seni Budaya

Mari kembalikan agama sebagai  sukacita bersama. Perbedaan bukan untuk dibenturkan tapi sebagai sebuah kekayaan yang dimilki bangsa. Nyatanya sampai sekarang tidak ada pergolakan dahsyat yang membawa perpecahan bangsa karena perbedaan agama.

Hanya jika sekarang tidak segera dilakukan perubahan pola pengajaran di sekolah tentang bagaimana mendidik anak didik mencintai keberagaman dan mengembangkan toleransi suatu saat akan terjadi bom waktu yang menghancurluluhlantakkan relasi antar agama dan kepercayaan.

Penulis yakin jika banyak masyarakat berpikiran seperti Radhar Panca Dahana, Bikhu Pannyavaro, Putu Setia, Azep Zamzam Noor, Nasirun, Ridwan Saidi, Agus Noor, Sujiwo Tejo dan Sutanto Mendut dan dihadiri menteri Agama Lukman Saefuddin Indonesia akan lebih bersuka cita lagi karena mata, jiwa, badan akan tercerahkan dengan pemikiran yang luas tentang agama   dan budaya bangsa. Salam Damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun