Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dengan Seni Budaya, Agama adalah Suka Cita

3 November 2018   12:52 Diperbarui: 3 November 2018   13:14 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Kompas Hari Sabtu, 3 November 2018 halaman 12 saya menemukan artikel menarik. Judulnya TERJADI DISRUPSI TAFSIR AGAMA.  Tertarik membacanya dan kemudian kepala mengangguk - angguk ketika mata terantuk pada paparan dari Romo Aloys Budi Purnomo yang mengatakan:

"mari kita jadikan seni budaya sebagai strategi berdialog . Dan dengan seni budaya yang terjadi bukan caci maki , melainkan suka cita dan kegembiraan." Paparan dari Romo Budi dalam Sarasehan Agamawan dan Budayawan bertema Reaktualisasi Agama dan Budaya di Indonesia ini menarik untuk dibahas di forum pembaca, apalagi melihat fenomena kekerasan atas nama agama akhir-akhir ini. Wajah agama begitu garang ketika melihat perbedaan, keberagaman.

Aksi Bela Agama yang Sering Memberi Rasa Takut daripada Rasa Damai

Salah kata atau salah bertindak akan menimbulkan reaksi spontan yang cenderung kasar. Banal. Coba perhatikan fenomena demonstrasi akhir- akhir ini. Gerakan  aksi bela agama, aksi - aksi yang seharusnya mengusung misi damai , demonstrasi masif menuntut keadilan pada agama telah menyeret manusia melakukan kekerasan atas nama agama. Padahal agama menyangkut keimanan seseorang.

Sarana untuk memuliakan Tuhan. Agama bukan tentang yang paling dikasihi Tuhan dan yang amat rajin melakukan perintah agama dengan beribadah dan bersembahyang. Agama juga produk budaya, sebuah upaya manusia melakukan aktualisasi diri dengan taat dan setia, tunduk pada kekuasaan Sang Pencipta.

Agama melakukan pendekatan lewat jalan budaya. Contohnya nyatanya dalam penyebaran agama Islam di Jawa, para Wali terutama Sunan Kalijaga sampai menciptakan wayang dengan banyak karakter yang disadur dari cerita Hindhu Ramayana dan Mahabaratha.

Dengan suka cita Sunan Kalijaga melakukan dakwah lewat media wayang, menciptakan tembang tembang yang masih dilantunkan sampai sekarang untuk merangkul orang-orang agar mau memeluk agama yang diibaratkan agama damai. Orang-orang dengan latar belakang Kejawen atau Hindhu tentu akan mudah didekati dengan pendekatan budaya tanpa melakukan pemaksaan dan kekerasan.

Sekali lagi dengan sukacita agama akan mudah diserap dan dijalani dengan sepenuh hati. Ketaatan dengan wujud toleransi akan jauh lebih menyenangkan dibanding ketaatan buta yang ujung-ujungnya terjadi kekerasan dan lebih tragis jatuh korban jiwa. Agama itu membawa kesejukan bukan kegarangan, tetapi lagi-lagi ada banyak kisah pilu ketika agama tidak seiring dengan seni dan budaya.

Penulis melihat sisi lain agama yang lebih cenderung takut terjadi penggerusan, penggusuran dan ketakutan-ketakutan agama lain mempengaruhi keimanan mereka. Maka muncul tindakan protektif dan cenderung berlebihan. Padahal dengan seni budaya sisi humanis agma menjadi tampak lebih terang.

Salah satu dengan tradisi  labuhan, sedekah laut yang mendapat perlakuan kasar dari orang-orang yang mengaku taat beragama tetapi memilih cara kasar guna menggusur tradisi dan budaya dalam tata cara agama. Seharusnya mereka sadar syiar agama yang menarik, ceria, sukacita jauh lebih efektif daripada sebentuk pemaksaan kehendak, aplagi harus berkolaborasi dengan dunia politik. Wouhhh lebih seram lagi.

Agama mengusung misi damai, kasih sayang tetapi dengan politik yang identik dengan tipu muslihat cenderung menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Akan terjadi kekacauan jika agama dicampuradukkan dengan politik, dan sekarang sedang terjadi banyak politisi memanfaatkan pengikut, pemuka agama  merangkulnya dengan tujuan politis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun