Kasus-kasus pembakaran bendera, gerakan berafiliasi radikal, konflik agama yang tidak pernah usai, persekusi terhadap pemeluk agama lain tidak mungkin terjadi jika generasinya sadar bahwa menghargai orang lain, menghargai agama yang berbeda wajib hukumnya di negara demokrasi ini.Â
Guru yang masih dipercaya mampu memberi transfer pengetahuan dan pembentuk karakter harus bisa membedakan antar kepentingan golongan agama dan tanggung jawab besar mencerdaskan anak bangsa.
Kalau guru cenderung berpaham radikal bagaimana bisa mengarahkan anak didik menjadi generasi toleran terhadap perbedaan.
Riset yang dimuat di majalah Tempo 22 - 28 Oktober 2018 ini adalah sebuah sinyal agar pemerintah lebih peduli pada pendidikan guru. Pengalaman penulis yang pernah mengenyam pendidikan guru banyak selebaran terpampang di majalah dinding kampus tentang paham radikal.Â
Pengajian-pengajian yang mengajarkan intoleransi. Maka tidak heran jika lembaga pendidikan guru (IKIP) intoleransinya lebih kuat daripada pendidikan yang khusus agama semacam IAIN Â atau UIN.
Meneladani Filosofi Ki Hadjar Dewantara
Guru itu ibaratnya digugu dan ditiru. Peribahasa lain adalah Guru Kencing berdiri murid Kencing berlari.
Segala tindak tanduk guru akan diserap oleh murid. Jika guru berperilaku buruk atau berpaham menyimpang tentu akan berpengaruh terhadap anak didiknya.Â
Guru perlu belajar dan kembali menyesap lagi filosofi dari Ki Hadjar Dewantara yang cocok dengan budaya Indonesia, yakni Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (di depan Memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan semangat), bukan menjadi katak dalam tempurung yang tidak tahu menahu perkembangan pengetahuan dunia.Â
Paling bagus jika guru juga memberi keteladanan dengan menjadi manusia pembelajar dengan menulis buku atau paling tidak aktif di blog atau ikut gabung di Kompasiana, atau platform serupa yang mampu memupuk kecintaan pada dunia tulis menulis dan dunia literasi. Salam literasi.Â
Selamat Ulang Tahun Kompasiana yang kesepuluh.