Pencat pencet layar sentuh berselancar di dunia maya, dengan kecepatan informasi  di atas rata- rata, aplikasi-aplikasi yang memanjakan sehingga pembayaran ojek online, pengetahuan apapun bisa di akses dengan sangat cepat. Lalu untuk apa membaca koran, untuk apa beli tabloid yang harus beli di lapak sementara dengan membuka gawai saja dengan mudahnya menemukan apa yang kita cari.
Itulah, namanya senjakala koran dan majalah kertas. Di satu sisi koran mainstream masih menjadi ukuran kualitas sebuah berita karena presisi dan disertai oleh investigasi lebih mendalam serta harus melewat rapat redaksi utnuk menentukan layak tidaknya sebuah berita tetapi sisi lainnya kecepatan informasilah yang diperlukan saat ini.Â
Orang-orang hanya butuh sentuhan --sentuhan cepat dengan bacaan-bacaan sekilas pandang. Untuk membaca koran yang butuh energi tentu hars mempunyai waktu lebih. Kadang merasa membaca koran itu sebuah perilaku jadul. Coba saja jika anda melangkah ke mal hitung orang yang duduk di Kafe sambil memabca koran. Sangat jarang bukan yang ada adalah  banyak dari mereka membawa komputer jinjing dan HP multifunsi untuk bisa chating, selfie, video call. Jika bosan lalu membuka aplikasi game online atau membaca blog Kompasiana  atau bacaan komik yang kini mulai naik daun.
Yahh. Dengan berat hati Selamat jalan Tabloid Bola dalam wujud koran/ paper, semoga masih menjumpai dalam wujud  lain di internet. Begitulah senjakala koran itu tidak bisa dipungkiri akan terjadi Kalau boleh memilih sih bertahan saja sebab masih ada orang-orang yang yang masih senang membaca koran lho, karena membaca koran itu sebuah habit, sebuah seni yang tidak mudah dilupakan. Please. Jangan menghilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H