Sambil ngupi ngupi ingatanku menerawang ke masa di mana SMA merupakan masa terindah  meskipun menyimpan juga kenangan pahit dalam hal percintaan, tapi lupakan saja  kenangan pahit itu, Aku ingin mengoprek kenangan yang samar samar pernah kulewati. Waktu itu aku sangat demen yang namanya bacaan.Â
Apa saja termasuk yang dari koran semacam Kompas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat. Dengan menyisihkan sedikit sisa uang jajan sengaja membeli koran dengan cara eceran. Bukan setiap hari, karena kalau setiap hari jelas tidak akrab dengan kantong sakuku yang terbatas. Aku hanya mempunyai sesuatu yang menguntungkan.Â
Beli satu dapat dua. Waktu itu sekitar tahun 1986 saat masih kinyis-kinyis di SMA karena saya termasuk generasi pendiam dan suka malu kalau ketemu cewek kompensasiku ya hanya membaca. Di samping sering nongkrong di tempat sewa bacaan dan komik aku sering beli tabloid yang berbau gosip dan tentu olah raga.Â
Kompas dari dulu memang selalu menarik. Padahal sesama temanku sering menganggapku gak gaul gara-gara bacaannya koran, yang gaul itu jika bisa tari breakdance atau kongkow-kongkow di mana, muter-muter pakai motor itu baru gaul. Walah aku lebih senang duduk membaca dan melahap komik silat, seperti karya Jan Mintaraga atau cerita silat sejarah SH Mintardjo dan Asmaraman S Kho Ping Ho.Â
Tapi aku tidak melupakan tabloid gosip seperti monitor, atau yang dikomandani oleh Arswendo Atmowiloto. Tapi sungguh aku belum kepikiran untuk menyenangi dunia tulis menulis. Kalau menulis mungkin sekedar curhat tentang cinta yang tidak pernah kesampaian. Bukan karena jelek lho saya tapi karena cupu, kurang berani nembak alias  mencintai tapi hanya di bathin hahahaha...
Suatu hari ada iklan di Kompas tentang terbitnya Bola, tapi baru suplemen, alias nebeng di koran Kompas (Maaf kalau salah ya om Kompas). Karena saya suka bacaan oleh raga terutama jika membahas piala dunia dan liga-liga di Eropa sana tapi maaf jangan tanyakan tentang liga di Indonesia lho hehehe...
Saya selalu mengingat tentang yang namanya Zinedine Zidane. Ronaldo Brasil, dan Luis Figo. Yang lainnya barangkali bintang Belanda seperti Ruud Gullit, Ronald Koeman. Nah, cerita detil mendalam itu ya di Tabloid bola. Dan untuk hiburan saya baca karikatur Si Gundul dengan segala ulahnya. Dan waktu itu banyak sumbangan dari kartunis-kartunis dari komunitas kartun Indonesia yang tersebar di daerah - Â daerah.
Bola itu selalu saya beli, terutama saat ada tokoh idola seperti Ronaldo( Bukan Cristiano Ronaldo lho karena dia  masih kecil.Bacaan bola menjadi sebuah oase untuk saya yang tidak beruntung bisa berprestasi di olah raga, meskipun waktu itu saya sering main bola di lapangan besar dan mempunyai hobi oleh raga keras semacam karate dan silat. Yang sering saya baca adalah ulasan tentang F1 yaitu masa di mana kejayaan Aryton Sena, Michael Scumaccer(Jerman). Di Basket aku menyukai pemain bernomor punggung 23 dari Chicago Bulls yaitu Michael Jordan.
RIwayat detail dari tokoh-tokoh itulah yang membuka mata saya tentang dunia olah raga apalagi ketika mengikuti rutin kolom dari Sumohadi Marsis. Bola menjadi semacam kitab olah raga yang wajib di baca dan perlu. Itulah sekelumit kecintaan saya pada olah raga dan terutama bacaan-bacaan menginspirasi dari tabloid Bola.
Sebentar lagi akan banyak koran, tabloid, majalah bergelimpangan karena ditinggalkan pembacanya. Dengan era digital yang tidak bisa dielakkan itu mau tidak mau zaman praktis, zaman yang menginginkan serba instan dan cepat itu ya gawai, ya internet itu adalah yang paling mewakili generasi milenial.Â