Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Panggung Besar Ratna Sarumpaet dan Jebakan Kebohongan

6 Oktober 2018   11:48 Diperbarui: 6 Oktober 2018   13:21 1842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali komentar yang nyinyir(bagi yang merasa sepaham dengan Ratna Sarumpaet, komentar yang beredar di media sosial dengan obyek sindiran dan cibiran itu adalah suara nyinyir). Tapi untung saja banyak trik dari pendukung RS yang mengobok-obok upaya mengalihkan masalah, menutupi dosa dan kebohongan yang sudah diakui untuk kembali membangun opini bahwa RS itu adalah korban dari berita hoax yang beredar di masyarakat. 

Rakyat yang cerdas itu selalu ditelikung dengan berita-berita bombastis, seakan- akan masyarakat memang masih bodoh dan perlu dikasih janji-janji oleh para politisi yang ingin mengeruk suara dengan menyebarkan ujaran kebencian terhadap petahana atau lawan politiknya.

RS, Gusti mboten sare (Tuhan Tidak Tidur). Jika anda ingin tetap terkenal, lalu  ngotot beda beda pilihan politik dengan selalu memandang tidak ada yang benar dengan apa yang dilakukan petahana saat ini, Tuhan pasti sudah berhitung. Suatu saat kelakuan yang mengedepankan kebohongan, intrik-intrik busuk, selalu melihat keburukan orang lain tentu akhirnya akan berbalik arah menunjuk dirinya sendiri.

Jika tujuan perjuangan anda itu mulia hanya untuk membahagiakan masyarakat tanpa maksud terselubung tentu Tuhan akan mencatatnya. Kebaikan awal mulanya akan selalu pahit. Tidak ada perjuangan yang langsung mudah. Tidak ada usaha tanpa tantangan, kegagalan, kepahitan, sedih, sengsara. Anda akan selalu menapaki bara api masalah dan tidak luput dari sindiran, nyinyiran orang yang tidak sepaham. 

Bekerja dengan diam, terus bekerja dengan tulus, tidak gembar-gembor dengan menunjukkan kebaikan diri sendiri itu banyak tantangannya namun akan manis pada ujungnya. Orang akan mengapresiasi, mencatat, dan akhirnya respek. Tentunya dengan tanpa syak dan prasangka sebagai sebuah pencitraan.

Kalau saya(penulis) mengamati pernyataan- pernyataan anda secara jujur,terus terang penulis tidak suka. Anda terlalu keji untuk selalu memandang diri anda baik sedangkan lawan politik anda buruk. Akhirnya anda ditegur. JIka anda tidur di atas kebohongan demi kebohongan lama-lama teguran keras akan menimpa anda. Anda disihkan, anda dibully, dipojokkan dan dijadikan bahan tertawaan. 

Untung saja anda adalah pemain teater, pemain watak, anda sudah terbiasa dengan dengan situasi tantrum, situasi di mana sudah menjadi resiko jika anda bermain sebagai tokoh antagonis yang akan selalu mendapat omelan, dampratan dan sinisme dari penonton yang melihat acting anda.

Akhirnya banyak orang menghakimi anda dengan aksi-aksi teatrikal anda. Lebih enak sebetulnya jika membungkus kritik terhadap dunia politik di atas panggung teater, tetapi terasa aneh ketika seniman seperti anda bermain api di dunia politik yang memang sudah konyol dari sananya. Apalagi, suara-suara anda yang kritis dan cenderung kontroversial dilengkapi dengan wajah anda yang memang cocok jika menjadi tokoh antagonis. Kloplah.

Sekali lagi Tuhan itu tidak pernah tidur. JIka anda berbohong hanya dalam hati saja Tuhan Tahu apalagi anda benar-benar berbohong hanya untuk trik politik dan membangun opini seakan-akan lawan musuh anda memang layak dibenci.

Sebelum berbicara dan mengritik itu seharusnya berkaca dulu, melihat wajah sendiri. Kalau sempurna berarti memang anda berhak mempunyai mengritik orang lain. Tetapi apakah ada manusia sesempurna pujaan anda.

Kritik itu baik, tetapi jika kritik itu membabi buta dan menutup mata terhadap kebaikan lawan berarti anda tidak adil. Lebih baik jika mengritik itu disertai solusi, tetapi itulah yang tidak terpikirkan oleh para oposan. Mengritik kebanyakan bertujuan untuk menjatuhkan, menekan agar musuh akhirnya mendapat malu, musuh akhirnya tersingkir oleh gencarnya hasutan, gencarnya ujaran kebencian yang menggiring masyarakat percaya dengan bombardir opini yang memojokkan seakan- akan semua salah dia, tidak ada yang bagi yang bisa dilakukan dimata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun