Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru dan Buruh dalam Pusaran Politik

2 Mei 2018   19:58 Diperbarui: 2 Mei 2018   22:33 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com

Saya jadi berpikir apakah guru mampu dimobilisasi seperti buruh dengan berteriak-teriak lantang di jalanan menuntut kenaikan upah dan kesejahteraan yang meningkat. Jika guru terlalu sering demo bagaimana nasib anak didiknya. 

Siswa akan melihat guru yang selalu tidak puas terhadap pendapatannya membuat siswapun akhirnya ikut  protes jika mereka tidak mendapat cukup perhatian guru. 

Guru itu sudah dianggap sebagai sumber ilmu dan patron dalam budi pekerti, maka meskipun dalam keseharian masalah ekonomi selalu melilit, tetapi saat di kelas ia harus tetap gagah menjaga wibawa agar dihormati siswa, meskipun kadang merasa persoalan ekonomi membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Buruh dan Guru sama-sama mengabdi. Buruh mengabdi pada pemilik perusahaan dan membantu perusahaan mencapai target produksi, sedangkan guru mengabdi pada negara untuk mencerdaskan generasi muda, agar nantinya generasi yang akan datang bisa menjadi juragan, pengusaha, bos dan profesional yang bisa memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk menjadi penggerak ekonomi.

Guru dan Buruh sama- sama Penggerak di bidang masing-masing

Buruh berguna untuk mendukung proses produksi, guru berguna untuk memperkuat soko guru ilmu pengetahuan. Sama- sama berguna di posisi masing-masing. Cuma gutu tidak sesering buruh melakukan demonstrasi massal, meskipun upah guru pun tidak sebesar yang dipikirkan orang.

Dalam pusaran politik guru susah ditunggangi untuk menaikkan posisi tawar politisi. Sebab guru mempunyai pengetahuan yang cukup untuk tidak mudah termakan janji-janji politisi. 

Aku selalu berharap guru tetap mempunyai pendirian kuat agar tidak masuk dalam intrik-intrik politik yang mengganggu ritme kerja dan terperosok kelamnya janji-janji politisi yang tidak bagus untuk diperlihatkan kepada generasi penerus.

Lebih bagus guru netral tapi tetap kritis dalam melihat ketimpangan-ketimpangan yang ada di sekitar. Pendidikan penting untuk menjaga moralitas bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun