Karya grafis Muchlis itu mengingatkan kita yang hidup di zaman globalisasi begitu terkesima dengan teknologi sampai melupakan relasi sosial, membangun empati kepada sesame atau terlalu cuek dengan lingkungan sekitar yang semakin hancur.Â
Otak menjadi tangan yang hanya melihat dunia dari gawai. Ia tidak melihat dengan mata tapi dengan jari yang menari dan menyusuri dunia lewat informasi yang terdapat di smartphone. Berdialog kepada teman dengan video call bahkan satirenya teman yang ada di depan mata tapi ngobrolnya lewat WhatsApp atau Blackberry Messenger. Manusia terperangah dengan perangkat modern terkagum-kagum dengan diri sendiri lewat perilaku selfie (saya; penulis kadang merasa telepon genggam telah mendekatkan jarak komunikasi tapi menjauhkannya dengan sesuatu yang mengikat batin dan jiwa)
Grafis sebagai Bagian dari Seni Murni
Muchlis jeli melihat fenomena hari ini, tetapi lewat seni grafis ia harus berjuang keras agar karya grafis tidak menjadi kasta kedua setelah seni lukis. Ia bagian dari seni murni sama seperti seni lukis dan seni patung. Semoga seni grafis tetap eksis meskipun tuntutan globalisasi membuat  cetak grafis manual semakin sedkit peminatnya digantikan oleh perangkat canggih komputer grafis yang bisa menciptakan kreasi lebih liar dengan aplikasi semacam fotoshop dan coreldraw dan aplikasi lainnya yang dengan mudah dicandui anak muda generasi millenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H